Olehnya itu, terima kasih kepada Bapak Presiden Jokowi, yang meski bertubuh kurus (sama dengan badan saya) tetapi sikap dan keputusan-keputusan Bapak Presiden Jokowi terhadap persoalan tersebut dapat membuat “gemuk” ekonomi bangsa dan negara ini.
Namun rakyat saat ini tentu sangat berharap kepada Bapak Presiden Jokowi agar dalam waktu dekat ini jika ada reshuffle kabinet, maka disarankan untuk mengisinya dengan menteri-menteri yang sekelas dengan sosok Rizal Ramli.
Dan hal yang tak kalah pentingnya, rakyat tentu juga sangat berharap agar Bapak Presiden Jokowi jangan pernah sekalipun mau “tunduk” kepada Wapres JK apabila “membujuk dengan sesuatu apapun” untuk meloloskan sebuah rencana yang dapat dianggap hanya menguntungkan kelompok tertentu dan merugikan kepentingan bangsa dan negara.
Dan kepada Bapak Jusuf Kalla (JK), sangatlah baik dan amat bijaksana apabila Bapak saat ini segera bergegas mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden Republik Indonesia. Sebab, semakin Bapak bertahan di jabatan itu, maka akan makin membuat kehormatan dan nama baik keluarga Bapak menjadi hilang, bahkan hancur berkeping-keping.
Pun sebaiknya Bapak tak perlu menghabiskan energi untuk memaksakan diri melawan situasi buruk yang sebetulnya Bapak ciptakan sendiri. Apalagi pada era teknologi informasi yang begitu pesat kemajuannya seperti saat ini, membuat "arus keterbukaan" mustahil untuk mampu Bapak bendung.
Misalnya, di saat Bapak kerap mengajak dengan tegas kepada rakyat Indonesia agar dapat taat pajak, namun belakangan justru 4 (empat) keluarga Bapak dikabarkan tidak taat pajak, menyusul terbongkarnya dokumen Panama Papers, masing-masing adalah Solihin Kalla (anak JK), Ahmad Kalla (adik JK), Aksa Mahmud (adik ipar JK) dan Erwin Aksa (keponakan JK). Sehingganya, keempat keluarga Bapak itu pun terhindar dari pajak yang seharusnya masuk ke kantong negara untuk pembiayaan pembangunan.
Tentu saja hal itu merupakan salah satu “kelalaian besar” bagi seorang pejabat tinggi negara seperti Bapak karena tak mampu mengarahkan keluarga sendiri untuk tidak menghindari kewajibannya sebagai wajib pajak. Dan sungguh, hal tersebut selain sebagai pelanggaran moral, juga adalah merupakan kegiatan ilegal dan melanggar aturan, yang sudah pasti telah menjatuhkan kehormatan Bapak. Dan coba contohilah Perdana Menteri Islandia S. Gunnlaugsson yang secara hormat mengundurkan diri dari jabatannya karena namanya terungkap dalam Panama Papers.
Olehnya itu sekali lagi, amat baik dan sangat bijaksana jika Bapak segera mengundurkan diri di saat kehormatan dan rasa malu masih tersisa (meski sedikit) pada diri Bapak saat ini. Kecuali jika Bapak benar-benar-benar tak punya lagi rasa malu dan sadar telah kehilangan kehormatan, maka silakan Bapak tetap bertahan di jabatan yang kini tak lagi sebagai anugerah itu melainkan telah berubah menjadi malapetaka akibat ambisi dan keserakahan Bapak sendiri!
Salam Damai, dan Salam Perubahan pro-rakyat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H