Mohon tunggu...
Ammy Kudo
Ammy Kudo Mohon Tunggu... Freelancer - Pendidik AUD

Penulis, pendongeng, dan pendidik AUD

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: TE

1 April 2020   06:30 Diperbarui: 1 April 2020   07:14 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Hatchiii…!!”

Syuuut..syuut…  Melayang,.. melayang dan …Tap! Mendarat mulus.

“Hei, siapa kamu?” jutaan mahluk mikro bahkan nano melotot kesal. Ada tamu baru datang, menempel seenaknya.

“Aku.. ?! Memang kamu enggak kenal aku?” Tamu bergaun merah cantik itu menebar pesona.

“Penting enggak, yah?” Ribuan tanda tanya menyeruak di benak mahluk-mahluk imut itu.

“Terserah…!” Lincah menari-nari, tamu baru itu cari perhatian.

“Diam, napa?” Bakteri pembawa gatal protes.

“Enggak bisa, aku perlu tempat yang nyaman,” si gaun merah melirik manja, menyebalkan!

“Ih baru datang aja udah ngeselin. Di sini udah nyaman, kita bisa sembunyi di ujung kuku, atau di sela-sela jari. Seru kan…!”

“Enggak! Aku enggak sukaaa…” Si gaun merah mulai merengek. Ribuan mahluk mikro dan nano menatapnya kesal. Boro-boro mau kenalan, melihat tingkahnya saja sudah menyebalkan.

Sreeet…Tap!  Sekali usap, si merah pindah tempat.

“Yess! Akhirnya.. ! Bye, everybody… aku masuk dulu yaaah..!” sedikit melet-melet, si merah berlalu sambil  melambai-lambaikan tubuh T nya yang bikin bête.

“Woiii… baru datang berlaga sok famous gitu.. siapa sih dia?”  bakteri penasaran juga.

“Ih dia emang famous .. kamu enggak kenal?” tanya nano lainnya.

“Enggak lah.. Enggak penting kan?!”

“Ya sudah..!”

Salah! Dugaan yang salah itu bikin si gaun merah bebas berulah. Dengan riangnya, ia melenggak lenggok meliuk-liukan tubuhnya bersama oksigen. Seperti teman lama saja layaknya

“Wooi,  ngapain kamu nebeng di sini?” Ternyata, Oksigen enggak kenal dia! Malahan Oksigen kesal sama si  gaun merah ini.

“Ih, gapapa kali, aku butuh tempat nyaman nih..!” si gaun merah menebar senyum merekah. Oksigen diam tak berdaya. Lagi pula susah buat dia memilah kawan untuk bersama-sama melangkah. Siapa saja, suka banget melayang sama dia.

“Ok, bukan tugasku buat larang kamu melayang. Kalau kamu menyebalkan pasti bakal di eliminasi juga lah,” pikirnya santai. Oksigen tak suka kehadirannya ditumpangi. Khawatir disangka koloninya. Tapi apa daya,..

TAP!!

“Aku ijin mampir yah!” Si gaun merah sudah ikut nongkrong di rest area. Belum nyaman sih, dia sedang menunggu kesempatan bagus buat masuk ke tempat yang lebih nyaman,

“Hai mukosa, apa kabar? Aku ikut mampir yah…!” Sok akrab banget, yah/

“Silahkan, asal jangan buat keributan,” jawab mukosa tanpa curiga. “Dan jangan…” Belum habis mukosa bicara, si tamu sudah menghilang

“Aduh, kenapa dia masuk tanpa ijin sih?” Mukosa mulai menyesal. Kenapa tadi tidak discreening dulu sih…?” gerutunya pelan. Mukosa baru menyadari, kali ini dia tak berdaya. Biasanya pasukan mokusa bekerja keras menjegal kalau ada tamu asing masuk.

“Duh, semoga  enggak jadi masalah.” Lagi-lagi, dugaan yang salah! Si gaun merah itu terburu-buru dan tak mau banyak basa basi. Nyawaku, desisnya tajam. Tak ada yang tahu kalau nyawa dia limited edition.

Syuuut… Syuut! Kembali, dia meluncur bebas. Didorong oksigen, berselancar ke lorong hidung.

“Hei, kamu siapa? Sudah punya ijin masuk ke sini? Mana surat ijinnya?” Jutaan sel di lorong hdung menegur si gaun merah yang sok  famous itu.

“Hehehe… !” Wajah si gaun merah, yang tadinya ramah dan sok imut, berubah jadi menyeramkan. Dia berbalik, mengguling-gulingkan tubuhnya yang dipenuhi paku T.

te-gbr-5e83d212097f362b236f2262.jpg
te-gbr-5e83d212097f362b236f2262.jpg
“Jangan bergerak! Kalian semua dalam kendaliku!”

“Eh, enak saja! Kami sedang bekerja dengan baik, supaya semua system tubuh berjalan mulus,” Sel-sel di lorong hidung yang terkenal peramah dan baik hati tiba-tiba meradang. Bersiap melawan si gaun merah.

Namun,tiba-tiba..

Teet.. teeet.. teeeh.. ! Lampu sinyal peringatan menyala merah!

Sistem error .. ! Sistem error…! Ada yang tidak beres! Seluruh sel-sel di lorong hidung tiba-tiba menjadi tak berdaya. Jaringan lumpuh.

“Hei ada apa ini? sinyal mendadak red zone. Kacau..!”

System eror, system eror!!! Ribuan sel menjadi panik, lantas kemudian tak berdaya. Kendali diambil alih si gaun merah yang mendadak jahat. Sel-sel lorong hidung dikendalikan menjadi jahat.  Si T beranak pinak, di sel-sel itu. Menjadi banyak, banyaak, dan banyaaak..

“Bhaahahaha, sekarang semua system di sini aku ambil alih,” teriaknya arogan. T satu, T dua, T  sepuluh, T seribu T sejuta segera memenuhi sel di lorong hidung. Wah, sudah penuh sesak...

Tiba-tba, DWAAR..!!! 

Jutaan  T  meledak. Sel-sel rongga hidung yang sudah lemah kaget bukan main. Ledakan T bukan jadi hancur tapi malah jadi banyak, dan semakin banyak dan menyerang sel tetangga lorong hidung.          Kematian sel-sel hidung dan sel-sel tetangga sangat menyedihkan.

Uhuk.. uhuk.. ! Suara itu, kering dan menyakitkan..

Yah, T sudah berhasil mengacak-ngacak jaringan kerja hidung dan tenggorokan.

STOP!!!

Imun datang menghadang, siap mengambil alih menyerang penjahat.

“Kamu siapa.,,!?”

“Apa peduli kamu ?!” T menantang berang. Sok famousnya muncul lagi, berasa jadi adi daya dan adi kuasa. Menyeringai, sambil terus meledakkan tubuh pakunya menjadi banyaak dan banyak. Gerakannya sangat cepat, menerobos jajaran pasukan imun, T coba-coba bergerak masuk ke paru-paru.

Imun tak mau kalah.

“Progen! Bantu aku..!”

“Siap 86!” Bergegas progen kirim sinyal ke otak untuk menaikkan suhu tubuh. Mungkin dengan cara ini si T akan mati.

Teet, teet,, teeeet… !!! Perlahan suhu tubuh meningkat. 36,5 … 37 … teeet.. 37,8! Tubuh demam. Rasanya menggigil, tapi suhu panas. T terdiam. Yess! T melemah. Diam, lemah, lesu! T tampak mulai lelah.

“Panas, panasss…,” T mulai kepayahan. Ok, ini saatnya! Imun siap menyerang dengan kekuatan penuh, sisa amunisi teakhir. Untung, pasukan imun yang tinggal sedikit masih kuat. Semua bekerja keras melawan si T yang menyebalkan.

“Heei… ada keramaian apa nih?” tiba-tiba Ibuprofen datang tanpa diundang. “Aku datang mau membantu, mendinginkan suhu tubuh. Enggak boleh panas, lho. Nanti tubuh sakit,” kata si Ibu bergaya sok heroic..

Imun tepok jidat. Matilah kita, desis Imun yang sudah mulai lelah. Progen tak berdaya. Suhu sudah tinggi tapi T malah dapat bantuan. Yeaaa, tubuh kembali normal dan jutaan T kembali beraksi..

“Hahaha, apa aku bilang? Aku bakal menang..!”

Syuut. JLEB!!!

T dan kawan-kawan terjun bebas ke paru-paru, mencari spot ternyaman di alveoli. Menghadang Oksigen agar  tidak bisa masuk.

“Hei, T kamu jangan halangi aku dong..” Oksigen protes. Bingung juga, bukankah tadi dia jadi tumpangan si gaun merah? Kenapa sekarang si gaun merah jadi T yang menyeramkan?

“Hahaha, maaf aku butuh tempat seru nih,” kata T seraya melahap semua sel di alveoli, mengisinya dengan cairan dan nanah. Imun sudah tak berdaya. Paru-paru sudah red zone. Sinyal error!

Huh hoh huh hoh… paru-paru sulit bekerja. Oksigen tertahan, sel diparu-paru semakin meradang, membengkak. Sesak!

“Kamu masih paru-paru kan? Ayo isi alveolinya, tuh,” imun menyemangati. Oksigen hanya bisa diam terpaku, menatap alveoli tak berdaya.

“Enggak bisa, sinyal eror, aku pneumonia sekarang,” keluh paru-paru melemah.

“Waduh, cepat sekali. Bertahanlah paru-paru.”

“Iya imun, tolong, bantu aku. Aku susah bergerak..” Sel paru-paru sedih, mereka sekarang failed…

“Teett.. teett….!

Ventilator! Siap siaga satu. Bantu oksigen masuk! Paru-paru mulai bergerak. Hmmf, hmmf… hmff, hmmf!! Progen kembali bekerja, Sinyal masuk ke otak. Imun muncul dengan kekuatan baru. Rupanya ada amunisi tambahan. Imun mulai bekerja keras.

“Ayo imun semangaaat… !” T tak lagi bekerja keras. Sebentar lagi, sudah waktunya mati. Tapi masih di ujung tanduk. Siapa yang menang duluan? T atau imun.

“Yeeeaaah… !! Imun menang!” Pasukan imun datang berbondong-bondong, semakin banyak dan semakin kuat. Memberikan bantuan amunisi.

“Ah legaaa…hmmm, hah, hmm, haaah..!!” Alveoli mulai bekerja lagi. Oksigen lancar meluncur, saling bertukar dengan karbondioksida. Alhamdulillah.

Yah, teman.  Allah memang Maha Kuasa, semua dalam genggamanNya. Tak ada yang tidak mungkin, kala semua sudah takut dengan ancaman T, tangan Allah bekerja dengan kecepatan melebihi semuanya, dengan kehendakNya. T tak lagi berkutik. Allah menggerakkan imun cepat tanggap. T sadar, T bukan siapa-siapa. T mahluk Allah yang tak boleh sombong. T harus kembali ke fitrahNya.

Pergilah T jangan kembali lagi. OK, ini, terimalah ucapan terima kasih dari kami. Karena kamu, kami jadi sadar untuk menjaga kebersihan, menjaga ukhuwah dan semakin mendekat dan bersujud kepada  Allah Sang Pencipta. T membuat kami sadar, skenario Allah melebih segalanya, biar kami tidak sok tahu lagi, padahal Allah yang mengatur waktu, sok sehat padahal Allah yang mengatur kemampuan tubuh kita,

Sudah, kamu pergi sana, jangan kembali lagi yah, T. Cukup sudah kamu nasehati kami. Catat yah T, kami tidak takut kamu, kami takut sama Allah. Makanya kami mau dekat sama Allah.

Bye, bye Teeee…..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun