“Hei, T kamu jangan halangi aku dong..” Oksigen protes. Bingung juga, bukankah tadi dia jadi tumpangan si gaun merah? Kenapa sekarang si gaun merah jadi T yang menyeramkan?
“Hahaha, maaf aku butuh tempat seru nih,” kata T seraya melahap semua sel di alveoli, mengisinya dengan cairan dan nanah. Imun sudah tak berdaya. Paru-paru sudah red zone. Sinyal error!
Huh hoh huh hoh… paru-paru sulit bekerja. Oksigen tertahan, sel diparu-paru semakin meradang, membengkak. Sesak!
“Kamu masih paru-paru kan? Ayo isi alveolinya, tuh,” imun menyemangati. Oksigen hanya bisa diam terpaku, menatap alveoli tak berdaya.
“Enggak bisa, sinyal eror, aku pneumonia sekarang,” keluh paru-paru melemah.
“Waduh, cepat sekali. Bertahanlah paru-paru.”
“Iya imun, tolong, bantu aku. Aku susah bergerak..” Sel paru-paru sedih, mereka sekarang failed…
“Teett.. teett….!
Ventilator! Siap siaga satu. Bantu oksigen masuk! Paru-paru mulai bergerak. Hmmf, hmmf… hmff, hmmf!! Progen kembali bekerja, Sinyal masuk ke otak. Imun muncul dengan kekuatan baru. Rupanya ada amunisi tambahan. Imun mulai bekerja keras.
“Ayo imun semangaaat… !” T tak lagi bekerja keras. Sebentar lagi, sudah waktunya mati. Tapi masih di ujung tanduk. Siapa yang menang duluan? T atau imun.
“Yeeeaaah… !! Imun menang!” Pasukan imun datang berbondong-bondong, semakin banyak dan semakin kuat. Memberikan bantuan amunisi.