“Apa peduli kamu ?!” T menantang berang. Sok famousnya muncul lagi, berasa jadi adi daya dan adi kuasa. Menyeringai, sambil terus meledakkan tubuh pakunya menjadi banyaak dan banyak. Gerakannya sangat cepat, menerobos jajaran pasukan imun, T coba-coba bergerak masuk ke paru-paru.
Imun tak mau kalah.
“Progen! Bantu aku..!”
“Siap 86!” Bergegas progen kirim sinyal ke otak untuk menaikkan suhu tubuh. Mungkin dengan cara ini si T akan mati.
Teet, teet,, teeeet… !!! Perlahan suhu tubuh meningkat. 36,5 … 37 … teeet.. 37,8! Tubuh demam. Rasanya menggigil, tapi suhu panas. T terdiam. Yess! T melemah. Diam, lemah, lesu! T tampak mulai lelah.
“Panas, panasss…,” T mulai kepayahan. Ok, ini saatnya! Imun siap menyerang dengan kekuatan penuh, sisa amunisi teakhir. Untung, pasukan imun yang tinggal sedikit masih kuat. Semua bekerja keras melawan si T yang menyebalkan.
“Heei… ada keramaian apa nih?” tiba-tiba Ibuprofen datang tanpa diundang. “Aku datang mau membantu, mendinginkan suhu tubuh. Enggak boleh panas, lho. Nanti tubuh sakit,” kata si Ibu bergaya sok heroic..
Imun tepok jidat. Matilah kita, desis Imun yang sudah mulai lelah. Progen tak berdaya. Suhu sudah tinggi tapi T malah dapat bantuan. Yeaaa, tubuh kembali normal dan jutaan T kembali beraksi..
“Hahaha, apa aku bilang? Aku bakal menang..!”
Syuut. JLEB!!!
T dan kawan-kawan terjun bebas ke paru-paru, mencari spot ternyaman di alveoli. Menghadang Oksigen agar tidak bisa masuk.