“Hai mukosa, apa kabar? Aku ikut mampir yah…!” Sok akrab banget, yah/
“Silahkan, asal jangan buat keributan,” jawab mukosa tanpa curiga. “Dan jangan…” Belum habis mukosa bicara, si tamu sudah menghilang
“Aduh, kenapa dia masuk tanpa ijin sih?” Mukosa mulai menyesal. Kenapa tadi tidak discreening dulu sih…?” gerutunya pelan. Mukosa baru menyadari, kali ini dia tak berdaya. Biasanya pasukan mokusa bekerja keras menjegal kalau ada tamu asing masuk.
“Duh, semoga enggak jadi masalah.” Lagi-lagi, dugaan yang salah! Si gaun merah itu terburu-buru dan tak mau banyak basa basi. Nyawaku, desisnya tajam. Tak ada yang tahu kalau nyawa dia limited edition.
Syuuut… Syuut! Kembali, dia meluncur bebas. Didorong oksigen, berselancar ke lorong hidung.
“Hei, kamu siapa? Sudah punya ijin masuk ke sini? Mana surat ijinnya?” Jutaan sel di lorong hdung menegur si gaun merah yang sok famous itu.
“Hehehe… !” Wajah si gaun merah, yang tadinya ramah dan sok imut, berubah jadi menyeramkan. Dia berbalik, mengguling-gulingkan tubuhnya yang dipenuhi paku T.
“Eh, enak saja! Kami sedang bekerja dengan baik, supaya semua system tubuh berjalan mulus,” Sel-sel di lorong hidung yang terkenal peramah dan baik hati tiba-tiba meradang. Bersiap melawan si gaun merah.
Namun,tiba-tiba..
Teet.. teeet.. teeeh.. ! Lampu sinyal peringatan menyala merah!