Virgo berusaha fokus. Dia harus bisa lolos dari kobaran api. Setelah beberapa saat menahan panasnya api, dia tiba di dunia lain itu. Virgo tercengang menatap indahnya dunia bertaburan bintang yang ia masuki. Virgo sontak teringat tugasnya. Dia harus mengambil bintang paling terang.
"Eh?" Virgo bingung. "Eh, mana?"
Virgo bingung, di mana bintang paling terang yang dimaksud.
"Bintang paling terang... paling terang... terang... Polaris? Tidak. Bintang paling dekat dengan Bumi, mungkin? Ah! Proxima Centauri!" Virgo menoleh ke sana-ke mari. Mencari bintang itu.
"Tidak ada! Tidak ada rasi bintang yang kukenal di sini!" Virgo mulai panik.
"Aduuh... Bintang paling terang..."
Virgo terlonjak kaget. Gelang yang dikenakannya tiba-tiba berkilau terang. Gelang itu menggerakkan tangannya menuju dada.
"Ha-ti?" ucapnya terbata. "Bintang paling terang... Ketulusan hati? Kebaikan?"
Muncul sebuah ide di kepala Virgo. Dia langsung memejamkan mata, kemudian berharap bintang paling terang itu datang dengan hati yang tulus, dengan niat baik, dengan tujuan yang baik.
Dan dengan keinginan yang kuat.
Virgo membuka matanya. Dan tepat di depannya, sebuah bola bercahaya bersinar terang. Dengan cepat, Virgo meraih cahaya bagai berlian itu.