"Eh, kok bisa?"
"Polaris terletak sangat dekat dengan garis khayal kutub langit utara Bumi. Jika video pergerakan bitang tadi diperhatikan, maka para bintang akan nampak seolah-olah mengelilingi Polaris," Virgo mengangkat tangannya, menunjuk bintang-bintang itu satu persatu.
"Woah... Keren..." Antari berdecak kagum.
"Karena itu, aku ingin meraih Polaris. Aku ingin menjadi bintang yang menyinari dan dikelilingi bintang lainnya," Virgo menatap sendu bintang itu. Tangannya mengepal, seolah menggenggam Polaris erat-erat, dan tak ingin dilepas lagi.
Mereka mengemasi peralatan pengamatan kemudian menuruni bukit bersama-sama. Keduanya melambaikan tangan, lalu pergi menuju rumah masing-masing.
Virgo berpamitan dengan mamanya. Beliau baru berangkat kerja pukul 09.00 lagi. Pagi ini, langit terlihat mendung. Persis dengan isi pikiran Virgo yang kini sedang campur aduk.
"Taka!" Virgo menyapa temannya.
Taka menoleh. Laki-laki tinggi kurus itu langsung mengalihkan pandangannya. Virgo merasa aneh.
"Kamu tahu, tadi malam..." dua orang perempuan sedang mengobrol sambil berjalan.
"Pagi, Alnitak, Alnilam!" Virgo menyapa dua saudara kembar itu.
"ada tikus di dapur! Kamu sudah tidur duluan, jadi kamu nggak tahu," Alnitak tetap melanjutkan kalimatnya, tidak menghiraukan Virgo yang menyapa ramah.