"Virgo!"
Virgo menoleh. Itu Antari. Dia membawa sebungkus plastik berisi camilan dan minuman ringan.
Dua sahabat itu duduk di tikar. Mereka memandangi bintang-gemintang yang bertaburan di langit. Daerah bukit tempat mereka bersama ini terhindar dari polusi cahaya, sehingga sangat memungkinkan untuk mengamati langit. Cuaca hari ini juga bagus. Tidak ada awan berarakan.
"Eh, Virgo. Supermoon Blue Moon itu bulannya berwarna biru?" Antari bertanya.
"Eh, tidak! Blue moon itu bulan purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan yang sama. Blue moon terlihat seperti bulan purnama pada umumnya, tidak berwarna biru. Lalu, supermoon karena bulan berada di titik terdekatnya dengan Bumi. Bulan akan nampak lebih besar dari biasanya!"
"Eh? Kukira nanti bulannya berwarna biru..." Antari meluruskan kaki, lesu. Ekspektasinya terlalu tinggi.
"Nggak papa, nanti pas difoto kita bisa pakai filter biru, biar bulannya terlihat biru," Virgo menghibur. "Sebentar lagi bulannya naik. Ayo!"
Mereka menyiapkan teleskop dan kamera agar tepat menyorot bulan yang malam itu terlihat besar. Setelah beberapa kali memotret, mereka berbaring di tikar sambil memanjakan mata dengan menatap bintang.
"Antari, kamu tahu bintang utara?" Virgo membuka mulut.
"Bintang yang menunjukkan arah utara?" Antari menebak. Dia membuka bungkus keripik kentang, kemudian mulai menyantapnya satu persatu.
"Benar. Bintang utara disebut Polaris. Kalau kita merekam pergerakan bintang, kemudian videonya dipercepat, Polaris akan tampak diam pada posisinya," Virgo ikut memakan keripik kentang.