Mohon tunggu...
amir amirudin
amir amirudin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Dakwah Era Civil Society 5.0

2 Februari 2022   07:25 Diperbarui: 2 Februari 2022   07:27 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tak lama kemudian, justru perempuan itu yang datang menghadap ke rumah Buya. Dia menyampaikan rasa terima kasih, sekaligus kekaguman, karena tak pernah ditegur Buya (apalagi di depan umum) soal busananya. "Sebelum ini seorang ustaz selalu ditegur di pengajian lain," ujar perempuan itu seperti diceritakan ulang putra Buya Hamka kepada seorang ustaz beberapa waktu lalu. Perempuan itu juga minta maaf jika atas kebelummengertiannya dia malah merepotkan posisi Buya di mata jamaah lain. "Dan terjadilah keajaiban itu," kenang putra Buya Hamka dengan nada haru. "Pada pengajian berikutnya, ibu X itu sudah berpakaian muslimah seperti jamaah lainnya. Tanpa disuruh Buya sama sekali. Tanpa ditegur."[2]

 

 

Menerawang Wajah Ulama Al-Azhar Indonesia Sebagai Agen Perubahan

 

Ulama berpikir jauh ke depan, bukan terbelenggu ilmu masa lalu, sebab tak banyak orang yang melihat jamaah telah hidup di sebuah peradaban yang berbeda dengan dirinya dahulu. Ulama merupakan ujung tombak dari perubahan. Ulama bermartabat yang telah melalui proses dedikasi dan profesionalisme akan siap menyambut perubahan ini. Metode pengajian harus bisa disesuaikan oleh para ulama demi keterpaduan dengan zaman. Ciri adaptif terhadap zaman yang banyak menuntut adanya generasi jamaah yang mampu mengelola dirinya sendiri, menjadi hal yang mesti dilakoni oleh ulama. Konsekuensinya, paradigma baru akan cara berdakwah yang tidak hanya berkutat pada sistem satu arah perlu dikembangkan. Ulama bisa menjadi mediator bagi jamaah untuk belajar menggali potensi dirinya dalam upaya kontribusi mereka terhadap Islam. Jika selama ini jamaah hanya belajar dengan metode mendengarkan semata, maka nampaknya fenomena ini harus mulai ditinggalkan. Jamaah "berhak" mendapatkan apa yang semestinya menjadi hak dirinya untuk berkembang dalam upaya kontribusi mereka terhadap umat. Renald Kasali dalam bukunya Let's Change, menulis:

 

"Lewat studinya, The Institute for The Future, University of Phoenix (2012), menemukan, kaum muda akan mengalami usia lanjut yang mengubah peta belajar dan karier. Mereka pensiun di usia 70 tahun, harus terbiasa dalam budaya belajar seumur hidup dan merawat otaknya. Generasi yang terakses jaringan TI bisa lebih cepat dari orangtuanya merencanakan masa depan. Pandangan mereka sama sekali bertentangan dengan celoteh kaum tua di media massa atau suara sumbang yang menentang pembaruan. Ketika ulama kolot yang baru belajar facebook mengagung-agungkan Wikipedia, kaum muda sudah menjelajahi literature terbaru di kampus google."[3]  

 

 

Era Civil Society 5.0 , Sopo sih Sampean?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun