Belum hilang rasa sakitku, lampu-lampu yang ada di ruang tamu menyala.Â
Ada tiga lampu teplok. Karena se rentak menyala, menerangi meja tamu. Aku silau dan untuk meng hindari cahaya dari lampu berbadan kaleng itu, kututup wajahku dengan kedua tanganku.Â
Aman pikirku dalam hati.
Setelah aman dari cahaya lampu, kubuka kedua tanganku pelan-pelan. Kulihat seorang nenek bertampang seram menakutkan.Â
Wajahnya dipenuhi bekas sayatan benda tajam. Matanya melotot. Bibirnya kelu dan pucat pasi. Sementara kedua kakinya menggantung, tidak menginjak lantai rumah.
Oleh Aminuddin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H