Mohon tunggu...
Amiliyyah FiNuril
Amiliyyah FiNuril Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik dalam Pendidikan Agama Islam

29 November 2023   10:56 Diperbarui: 29 November 2023   11:51 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A.Pengertian Konflik Dan Pendidikan Islam

Konflik adalah sebuah kejadian atau peristiwa yang sudah menjadi hal yang wajar yang ada dalam sebuah organisasi termasuk dalam lembaga pendidikan islam, yang terjadi sebagai akibat karena adanya sebuah masalah-masalah yang timbul dari hubungan pribadi, komunikasi, dan juga mengenai struktur organisasi.

Konflik berasal dari kata confligere, conflictum (saling berbenturan) yaitu semua bentuk benturan, tabrakan, ketidaksesuaian, ketidakserasian, pertentangan, perkelahian, oposisi dan interaksi-interaksi antagonis yang bertentangan. Menurut Kartono, pengertian konflik secara bahasa merupakan suatu ketidaksesuaian, tabrakan atau benturan, pertentangan, perbedaan, dan hubungan yang bersifat antagonis. Sedangkan menurut Miles konflik secara istilah adalah suatu situasi atau kondisi yang dimana beberapa kelompok atau lebih saling berbenturan dan tidak mampu dalam mengapai tujuan-tujuan mereka secara bersama-sama. 

Dapat disimpulkan konflik adalah suatu bentuk interaksi antara individual maupun kelompok dimana terdapat adanya sifat yang bertentangan atau berlawanan dalam mencapai suatu tujuan yang muncul akibat adanya perbedaan pandangan, emosi dan sebuah nilai. Dari penjelasan diatas, dapat di garis bawahi bahwa dalam konflik terdapat 2 gejala umum yang bersifat esensial, yaitu adanya pandangan yang tidak sama satu sama lain, dan adanya ketidak 

Agar lebih rinci mengenai penjelasan penyebab dan gelaja munculnya konflik, di bawah ini akan menjelaskan apa saja penyebab dan gelaja munculnya konflik tersebut diantaranya:

1.Terdapat perbedaan pendapat, dan masing-masing merasa bahwa pendapatnya yang paling benar.

2.Terdapat salah paham, misal seseorang melakukan tindakan yang baik namun beberapa pihak menganggap tindakannya merugikan pihak lain. Kesalahpahaman ini akhirnya menimbulkan rasa kebencian sehingga adanya rasa kurang nyaman dan kurangnya rasa simpati. 

3.Merasa pihaknya atau pihak lain dirugikan atau masing-masing pihak merasa dirugikan. Perasan ini mengakibatkan kerugian yang mengarah kepada sosial, moral maupun materi.

4.Adanya sifat yang terlalu sensitif, misal terdapat tindakan seseorang yang wajar-wajar saja dilakukan namun karena pihak lain memiliki sifat yang sensitif maka hal itu dianggap merugikan dan dapat menimbulkan konflik, meskipun secara etika, tindakan tersebut tidak temasuk kepada perbuatan yang salah.

Konflik sendiri muncul dan terjadi melalui proses atau tahap tertentu. Pada umumnya konflik terjadi mejadi 5 tahap yaitu;

1.Tahap potensial, di mana suatu perbedaan muncul di antara individu dan lingkungan yang dapat menyebabkan konflik. 

2.Tahap perasaan, di mana individu merasakan perbedaan dan mulai berpikir tentangnya. 

3.Tahap pertentangan, di mana konflik berkembang menjadi perbedaan pendapat di antara individu atau kelompok yang saling bertentangan. 

4.Tahap konflik terbuka, di mana suatu pertengkar Jika konflik dikelola dengan baik, dapat menghasilkan hal-hal positif seperti pertukaran ide, kreativitas, dan pikiran. 

Dan akibat konflik, tahap di mana konflik mempengaruhi kehidupan dan kinerja organisasi. Akibat konflik dapat mengarah pada hal-hal yang baik jika dikelola dengan baik, seperti pertukaran ide, ide, dan kreativitas. Dan menuju kepada arah yag negatif, jikakonflik tersebut tidak terkontrol atau terkendali dengan baik serta dapat melebihi batasnya yang nantinya akan menimbulkan salah satu pihak atau bahkan seluruh pihak yang terkait mengalami kerugian seperti saling bermusuhan

Dibandingkan dengan konflik, persaingan ini tidak selalu mengarah pada konflik, terutama ketika persaingan bertentangan dengan aturan yang sudah disepakati. Karena orang-orang yang terlibat dalam permusuhan mungkin tidak benar-benar bermusuhan satu sama lain, permusuhan tidak sama dengan konflik. Selain itu, konflik tidak selalu harus dihindari karena akibatnya tidak selalu negatif.

Oleh karena itu, berdasarkan sudut tinjauan yang digunakan, terdapat berbagai jenis konflik. Ada lima jenis konflik berdasarkan pihak yang berkonflik: 

1.Konflik intrapersonal, atau intrapersonal, adalah konflik yang terjadi dalam diri seseorang. Konflik ini terjadi ketika seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi secara bersamaan. 

2.Konflik interpersonal: Pertentangan seseorang dengan orang lain karena adanya perbedaan kepentingan atau keinginan. Hal ini biasanya terjadi antara dua orang yang memiliki status, jabatan, dan bidang pekerjaan yang berbeda.

3.Konflik antara individu dan kelompok: Salah satu contohnya adalah ketika seseorang diberi sanksi oleh kelompoknya karena tidak memenuhi standar kelompok.

4.Konflik antar kelompok (intragroup) terjadi dalam organisasi yang sama karena konflik kepentingan antar kelompok.

5.Konflik antara kelompok organisasi, yang terjadi karena adanya persaingan

Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan berasal dari kata "didik", dengan awalan "pe" dan akhiran "an" menjadi "pendidikan". Ini merujuk pada proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok melalui upaya pengajaran dan pelatihan, atau sebagai suatu perbuatan mendidik. 

Menurut Muhibbin Syah, pendidikan juga mencakup pemeliharaan dan latihan, bersama dengan instruksi, arahan, dan bimbingan tentang kecerdasan pikiran dan akhlak. Dalam bahasa Inggris, istilah "educate" berasal dari kata "educate", yang berarti memberi tahu dan membangun.

Pendidikan Islam, menurut Abdul Munir Mulkhan, adalah kegiatan insaniah yang memberikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengaktualisasikan potensi akal menjadi akal yang nyata. Menurut Hasan Langgulung, pendidikan Islam adalah proses mempersiapkan generasi muda untuk melakukan tugas dan mentransfer pengetahuan dan nilai-nilai Islam. Ini sejalan dengan tugas manusia untuk beramal di dunia dan mendapatkan hasil di akhirat.

Terdapat juga dasar pendidikan islam yang wajib kita ketahui yaitu:

1.Samsul Nizar mengatakan bahwa dasar pendidikan Islam terdiri dari Al-Qur'an, As-Sunnah, dan Ijtihad (Ijma' Ulama). 

2.Hasan Langgulung mengatakan bahwa dasar pendidikan terdiri dari asas sosial, ekonomi, psikologis, dan historis. 

3.Nur Uhbiyati mengatakan bahwa undang-undang Indonesia, As-Sunnah, dan Al-Qur'an adalah dasar pendidikan Islam.

Pendidikan Islam tidak hanya bertujuan untuk menghasilkan individu yang berpengetahuan luas, tetapi juga bertanggung jawab dalam mengamalkan ajaran Islam dalam setiap aspek kehidupannya. Generasi yang terlahir dari sistem pendidikan ini diharapkan dapat menjadi pemimpin yang memimpin dengan keadilan, mencerminkan nilai-nilai Islam dalam tindakan dan keputusan mereka.

Dengan demikian, tahap-tahap tujuan pendidikan Islam mencakup tujuan tertinggi yang bersifat mutlak, tujuan umum yang melibatkan proses pendidikan seumur hidup, dan tujuan khusus yang bersifat operasional dan dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman. Semua tahap ini tetap terhubung dengan nilai-nilai Ilahi sebagai pijakan utama.

B.Konsep Dan Teori Konflik Dalam Pendidikan Islam

Dalam konflik dalam pendidikan islam tidak bisa kita hindari sesuai dengan kehendak diri kita. Ada dua pandangan berbeda mengenai akibat atau akibat dari keberadaan konflik. Pandangan pertama adalah bahwa konflik adalah gejala bahaya dan tanda-tanda ketidakstabilan institusi atau organisasi. Implikasinya, menurut pandangan pertama, konflik sering terjadi di suatu lembaga pendidikan menunjukkan bahwa lembaga tersebut semakin lemah dan rentan terhadap bahaya, sehingga perlu diselesaikan segera. 

Di sisi lain, konflik menunjukkan dinamika dalam suatu organisasi atau lembaga, yang memungkinkan kemajuan. Jika tidak ada konflik dalam suatu organisasi atau lembaga, berarti tidak ada motivasi sama sekali, kalaupun konflik harus diatasi, kemajuan masih jauh dari tercapai.

Pendapat pertama adalah bahwa konflik itu ada bahaya yang suatu hari nanti mungkin mengancam kelangsungan hidup dan kelangsungannya organisasi atau lembaga. Sedangkan perspektif kedua melihat konflik sebagai tantangan yang dapat dijadikan stimulus bagi kemajuan institusi atau organisasi. Pendapat kedua memberikan respon positif terhadap konflik tersebut. Namun kedua pendapat tersebut dapat digabungkan untuk menyepakati perlunya manajemen konflik, yaitu cara mengelola konflik. Jika konflik tidak dipahami sebagai suatu keniscayaan yang dapat membawa kebaikan, khususnya dalam kehidupan beragama, maka konflik menjadi hal yang tidak biasa dan menjadi sumber petaka dalam kehidupan organisasi, termasuk lembaga pendidikan. 

Misalnya, lembaga pendidikan Islam sering menjadi subjek pemberitaan di media cetak dan sosial karena beberapa dari mereka telah mencapai kemajuan besar dan kemudian "berhenti" dan "gulung tikar" karena kemungkinan untuk menyelesaikan konflik yang disebabkan oleh perbedaan pendapat atau faktor lain. Jika lembaga pendidikan tidak dapat dikelola dengan baik, perbedaan pendapat, pemikiran, atau bahkan perseteruan dalam jabatannya dapat berdampak baik atau buruk. Hal-hal kecil dapat berkembang menjadi masalah yang lebih besar, atau masalah yang lebih besar dapat diredakan karena kemampuan untuk mengatur dan mengendalikan konflik tersebut.

Seiring berjalannya waktu, manifestasi kekerasan konflik berskala besar menjadi semakin beragam. Inilah sisi buruk konflik dan memerlukan analisis sosiologis untuk mengatasinya dan menjadikannya sebagai kekuatan perubahan dalam organisasi pendidikan dan kehidupan masyarakat. Pendidikan Islam, yang berasal dari ajaran Islam sebagai agama yang utuh, mengajarkan cara menangani konflik dengan baik. Ayat-ayat dalam Al-Qur'an dan Hadits merupakan sumber utama informasi tentang konsep konflik dan cara menyelesaikannya. 

Dalam ajaran Islam, konflik dianggap sebagai ujian yang harus dihadapi dengan bijak dan adil. Ayat-ayat Al-Qur'an mengajarkan pentingnya berdialog, meredakan ketegangan, dan mencari solusi yang adil dalam menangani konflik. Selain itu, Hadits juga memberikan contoh-contoh perilaku Rasulullah SAW dalam menyelesaikan konflik dengan penuh kebijaksanaan dan keadilan.

Pendidikan Islam tidak hanya mengajarkan keterampilan intelektual, tetapi juga membimbing individu dalam mengembangkan kualitas kepribadian yang mampu mengelola konflik dengan baik. Mengutamakan perdamaian, toleransi, dan keadilan dalam menanggapi perbedaan merupakan nilai-nilai yang ditanamkan dalam pendidikan Islam, sebagai cara untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan penuh kasih sayang.

Selain itu, Nabi juga mencontohkan bagaimana menangani konflik dan mengubahnya menjadi sesuatu yang produktif dalam hidup. Oleh karena itu, konflik dalam konsep Islam disamakan dengan kata "ikhtilaf" yang berarti ketidakkonsistenan/perbedaan, alih-alih menimbulkan perpecahan, justru menjadi keberagaman yang menciptakan keselarasan dalam pengembangan pendidikan Islam.

Konflik di lembaga pendidikan islam biasanya terjadi karena : 

1.persepsi yang berbeda tentang sesuatu; 

2.perbedaan sifat dan karakteristik setiap orang; 

3.kurangnya komunikasi; 

4.perbedaan nilai, pandangan, dan tujuan; 

5.frustrasi karena masalah pribadi mereka; dan 

6.persaingan untuk status dan posisi. 

7.Menghilangnya sumber-sumber tertentu, seperti kekuasaan, pengaruh, uang, ruang, popularitas, dan posisi.

Konflik dalam pendidikan Islam adalah fenomena yang tidak dapat dihindari. Konflik ini dapat terjadi antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, atau bahkan antara orang tua dan guru. Namun, konflik dalam pendidikan Islam tidak selalu negatif. 

Dalam beberapa kasus, konflik dapat menjadi sarana untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu konsep konflik dalam pendidikan Islam adalah konflik kognitif. Konflik kognitif terjadi ketika ada perbedaan antara apa yang diajarkan oleh guru dan apa yang dipahami oleh siswa. Konflik ini dapat mendorong siswa untuk mencari pemahaman yang lebih dalam dan kritis tentang materi yang diajarkan. Dengan demikian, konflik kognitif dapat menjadi stimulus untuk meningkatkan pemahaman siswa.

Selain itu, konflik sosial juga dapat terjadi dalam pendidikan Islam. Konflik sosial terjadi ketika ada perbedaan pandangan atau nilai antara siswa atau antara siswa dan guru. Konflik ini dapat memicu diskusi dan debat yang sehat, yang dapat membantu siswa untuk memperluas wawasan mereka dan memperdalam pemahaman mereka tentang agama Islam.

Namun, penting untuk diingat bahwa konflik dalam pendidikan Islam harus dihadapi dengan bijaksana dan dengan tujuan yang jelas. Konflik yang tidak diatasi dengan baik dapat mengganggu proses pembelajaran dan menciptakan ketegangan di antara siswa dan guru. Oleh karena itu, penting bagi guru dan siswa untuk belajar bagaimana mengelola konflik dengan cara yang konstruktif dan bermanfaat.

Dampak negatif bias yang terjadi akbibat konflik yaitu:

1.Munculnya bentrokan dan perselisihan dalam organisasi yang satu sama lain yang terus mencari kelemahan lawannya masing-masing,

2.Tujuan umum lembaga pendidikan islam yang sering dikalahkan oleh kepentingan kelompok, dan 

3.Munculnya bentuk-bentuk perhimpunan atau persikatan yang apatis dan indeferensi (membeda-beda).

4.Seorang peminpin yang dapat dipilih oleh sekat friksi yang memegang teguh pendiriannya dan akan lebih berperan sebagai peminpin bagi kelompoknya dan bukan bagi lembaganya. 

5.Sebagai reaksi terhadap tekanan yang berlebihan, konflik menyebabkan ketidakseimbangan fisik dan mental, yang menurunkan kinerja atau yang biasa disebut dengan stress.

Sementara dampak positifnya, antara lain adalah 

1.Konflik sering menyebabkan seseorang berusaha menjadi lebih baik dan mencari cara terbaik untuk berprestasi, yang menghasilkan peningkatan fungsi organisasi. Dalam konteks organisasi, konflik juga memiliki potensi untuk meningkatkan fungsi organisasi secara keseluruhan. Ketika individu atau kelompok dalam organisasi berhadapan dengan konflik, mereka terdorong untuk mencari solusi yang menguntungkan semua pihak. Hal ini mendorong kolaborasi, komunikasi yang lebih baik, dan pemahaman yang mendalam tentang perspektif orang lain. 

2.Berhati-hati saat bekerja karena pesaingnya selalu mengawasinya. 

3.Ketika kesadaran ini muncul, dorongan untuk bersatu dan bekerja sama dalam menghadapi persaingan dapat memperkuat tim atau kelompok kerja. Selain itu, kesadaran akan pentingnya bersaing secara sehat juga mendorong individu untuk tidak hanya fokus pada keunggulan pribadi, tetapi juga menghargai keberhasilan orang lain.

4.mendorong orang untuk memecahkan masalah secara demokratis dan tepat. Inisiatif untuk memecahkan masalah secara demokratis dan tepat menjadi kunci untuk mengatasi tantangan yang muncul. 

Sekolah Islam memiliki kesempatan untuk menghasilkan ide-ide baru yang berasal dari konflik sebelumnya. Oleh karena itu, organisasi komonitas harus mulai belajar bagaimana mengatasi konflik sehingga mereka dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan islam.

Dari penjelsan diatas dapat ditari kesimpulan bahwa terdapat keterkaitan antara sumber konflik dan stress itu sendriri yaitu berasal dari perbuatan dan pola pikir manusia. Pola pikir manusia juga sering memengaruhi perilaku manusia; pola pikir yang positif akan menghasilkan perilaku yang sehat, dan pola pikir yang negatif akan menghasilkan perilaku yang kurang sehat. Konflik sering terjadi di institusi pendidikan Islam; ini termasuk konflik intrapersonal, interpersonal, intragroup, intergroup, dan bahkan intraorganisasi. 

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, pengaruh konflik dapat berdampak negatif maupun positif. Dengan cara yang sama, institusi pendidikan Islam dapat mendukung berbagai proses untuk mencapai visi, misi, dan tujuan mereka. Sementara dampak negatif dapat mengganggu atau bahkan menghambat tujuan tersebut. Oleh karena itu, konflik yang memiliki efek negatif ini harus ditangani atau dikelola dengan baik untuk mencegah hal yang lebih buruk yang dapat menghancurkan institusi pendidikan Islam.

C.Cara Menyikapi Konflik Sosial Dalam Pendidikan Islam

Konflik sosial dalam pendidikan Islam dapat terjadi dalam berbagai bentuk, antara lain perselisihan pendapat antara siswa, guru, dan penyelenggara. Konflik-konflik ini mungkin timbul karena perbedaan keyakinan, nilai-nilai, dan praktik. Misalnya, siswa mungkin memiliki penafsiran yang berbeda-beda terhadap ajaran Islam, sehingga menimbulkan perbedaan pendapat dan konflik. Selain itu, konflik mungkin timbul karena perbedaan budaya dan etnis di antara siswa. Konflik-konflik tersebut dapat berdampak negatif pada lingkungan belajar, menimbulkan ketegangan, kecemasan, dan penurunan prestasi akademik. Untuk mengatasi konflik sosial dalam pendidikan Islam, penting untuk memahami penyebab konflik tersebut. Beberapa penyebabnya antara lain kesalahpahaman, perbedaan budaya, dan ketidakseimbangan kekuasaan.

Di dalam lembaga pendidikan yaitu sekolah, konflik dapat terjadi dalam semua tingkatan, baik intrapersonal, interpersonal, intragroup, intergroup, intraorganisasi, maupun interorganisasi:

1.Konflik intrapersonal: Ini adalah konflik internal seseorang. Ini terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua atau lebih tujuan yang saling bertentangan dan bingung mana yang harus dilakukan. Salah satu contohnya adalah konflik antara individualitas dan konformitas, siswa mungkin mengalami konflik batin antara keinginan mereka untuk tetap mengikuti kelompok atau norma sosial tertentu dalam lembaga pendidikan Islam dan keinginan untuk menjadi individu yang unik dan mandiri. Mereka mungkin merasa tertekan antara menyesuaikan diri dengan kelompok mereka dan mengungkapkan identitas mereka sendiri sebagai individu yang berbeda.

2.Konflik interpersonal; yaitu konflik yang terjadi antar individu. Konflik interpersonal terjadi ketika adanya perbedaan tentang isu tertentu, tindakan dan tujuan dimana hasil bersama sangat menentukan. Contohnya, Contoh konflik interpersonal dalam lembaga pendidikan Islam adalah antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa lainnya. Misalnya, seorang guru mungkin memiliki konflik dengan seorang siswa karena adanya perbedaan pendapat atau pandangan dalam pelajaran agama. Siswa mungkin tidak setuju dengan apa yang diajarkan oleh guru dan menantang pandangan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan antara guru dan siswa yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Contoh lainnya yaitu, konflik antar tenaga kependidikan dalam memilih mata pelajaran unggulan daerah.

3.Konflik intragroup; yaitu konflik antaranggota dalam satu kelompok. Contohnya, Konflik ini mungkin timbul karena perbedaan pemahaman dalam menjalankan ibadah, seperti perbedaan dalam waktu shalat, gaya berpakaian yang dianggap kurang Islami, atau kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang dianggap bertentangan dengan prinsip-prinsip agama Islam. Selain itu, konflik intragroup juga bisa muncul karena perbedaan interpretasi dalam memahami ajaran agama Islam. Misalnya, perbedaan pendapat mengenai hukum-hukum Islam yang diterapkan di lembaga tersebut, seperti perbedaan pendapat mengenai hukuman untuk pelanggaran aturan atau perbedaan dalam penekanan terhadap pelajaran agama tertentu.

4.Konflik intergroup; yaitu konflik yang terjadi antarkelompok. Konflik intergroup terjadi karena adanya saling ketergantungan, perbedaan persepsi, perbedaan tujuan dan meningkatnya tuntutan akan keahlian. Contohnya, jika terjadi perbedaan pendapat terkait kebijakan sekolah atau kepemimpinan, hal ini dapat memicu konflik antar kelompok pengajar. Misalnya, kelompok yang lebih tradisional dan kelompok yang lebih progresif, mungkin menghadapi konflik terkait penekanan pada nilai-nilai dan praktek keagamaan tertentu.

5.Konflik intraorganisasi; yaitu konflik yang terjadi antarbagian dalam suatu organisasi. Contohnya, terjadi persaingan atau ketidaksetujuan terkait dengan pemanfaatan ruang kelas atau fasilitas pengajaran. Misalnya, beberapa pengajar mungkin merasa tidak puas dengan alokasi ruang kelas atau waktu pengajaran yang diberikan. Dan terjadi karena perbedaan pendekatan pengajaran antar pengajar. Sebagai contoh, mungkin ada perbedaan pendapat terkait penerapan metode pengajaran atau kurikulum, yang dapat menciptakan ketidakharmonisan dalam tim pengajar.

Mengikuti perspektif Burton (1990) dalam Folder, et al. bahwa penyelesaian konflik dapat dilakukan dalam tiga cara. Pertama, dengan upaya memanajemen untuk menyelesaikan perselisihan melalui penyelesaian perselisihan alternatif. Konflik dalam masyarakat harus diurus dengan baik agar tidak meluas ke pihak lain. Ini berarti konflik harus diurus dalam skala yang lebih luas, yaitu sehingga semua pihak yang berkonflik dapat mengidentifikasi solusi alternatif untuk masalah tersebut dan melakukan solusi tersebut secara bersamaan. 

Kedua, yaitu dengan settlement atau penyelesaian konflik, melalui proses yang didasarkan pada otoritas dan hukum yang dapat dipaksakan oleh kelompok elit. Sebagai pihak yang memiliki otoritas, peran penguasa sangat penting dalam penyelesaian konflik. Untuk penyelesaian konflik seperti ini, para elit penguasa harus memiliki pemahaman tentang bagaimana menyelesaikannya. Ini membuat penguasa menjadi sentralistik dengan menawarkan solusi alternatif untuk konflik. Konsep-konsep hukum yang tertanam dalam struktur yang sudah ada digunakan untuk mencapai tujuan ini. Jika konflik diselesaikan secara hirarki dengan fokus pada hukum yang berlaku, penyelesaian konflik akan lebih efektif.

Ketiga, mengatasi konflik. Menggunakan analisis rasional empiris dalam pengelolaan, sumber konflik menjadi pertimbangan untuk penyelesaian. Pertimbangan ini melihat dari individu dan kelompok yang berkonflik, seperti identitas, kelompok, pengakuan, dan berbagai perubahan yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan penyelesaian. Untuk menemukan sumber konflik, indikator-indikator konflik yang ada dievaluasi, dan kemudian dipecahkan dengan ide-ide pemikiran yang realistis dan tidak ideal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun