Mohon tunggu...
Amiliyyah FiNuril
Amiliyyah FiNuril Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Dinasti Abbasyiah (Awal Kemunculan, Sistem Pemerintahan, Kehancuran, dan Peninggalan Sejarah)

4 Juni 2023   05:12 Diperbarui: 4 Juni 2023   06:11 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada masa khalifah Hisyam ibn Abdul Malik, gerakan Abbasyiah ini telah memperoleh pengikut yang cukup luas dengan propaganda-propaganda gerakan tersebut. Meraka sangat berhati-hati dan tidak memperlihatkan sikap-sikap perlawanan terbuka terhadap Daulah Umayyah, lain halnya dengan kelompok syiah dan khawarij yang melakukan perlawanan secara terang-terangan. Gerakan bawah tanah ini dilakukan secara rahasia dan terorganisir dengan baik. Banyak dari anggota gerakan ini berasal dari kalangan bawah, seperti petani dan buruh, yang merasa tidak puas dengan pemerintahan Umayyah yang korup dan tidak adil.[2] Mereka diorganisir dalam kelompok-kelompok kecil yang terpisah-pisah, dan melakukan serangan-serangan gerilya terhadap pasukan Umayyah. 

 

Gerakan ini memperoleh dukungan dari banyak orang, terutama karena kelompok Bani Hasyim, keluarga Nabi Muhammad yang menjadi basis dukungan Abbasiyah, dikenal karena kualitas kepemimpinan dan integritas moral mereka.

 

Pada saat khalifah silih berganti karena terjadi perebutan kekuasaan di dalamnya, maka muncul kekacauan di ibu kota (Damaskus) yang disusuli sebuah pemberontakan oleh golongan syiah dan khawarij. Hal ini dimanfaatkan dengan baik oleh ppihak bani abbas di dalam wilayah Khurasan dengan menyusun kekuatan-kekuatannya secara diam-diam, dibawah tokoh besar gerakan Abbasyiah yakni Abu Muslim Al Khurasani alias Abdul Rahman ibn Muslim, yang merupakan orang kepercayaannya Ibrahim Al-Imam. Ibrahim Al-Imam menjabat sebagai pemimpin tertinggi gerakan Abbasyiah.

 

 

  • Pemberontakan Syiah di Khurasan
  •  
  • Perlawanan terbesar Dinasti Umayyah yang berakibat pukulan terakhir datang dari arah khurasan. Berawal dari pemberontakan golongan Syiah pada tahun 129 M/747 H di bawah pimpinan Jadik Ibn Ali Al-Azadi atau lenih dikenal dengan panggilan Al-Karmani. Akhirnya panglima Al-Karmani  dan pasukannya berhasil menguasai dan merebut Ibukota Merv, tempat kedudukan gubernur wilayah Khurasan (Emir Nashar ibn Sayyar). Gubernur Khurasan akhirnya mengundurkan diri ke kota Herat, yakni sebuah kota benteng yang terkenal kukuh, disana pula berlangsung pertempuran berulang kali antara kedua belah pihak dan saling menderitakan kerugian yang sangat besar.[3]
  •  
  • Di sisi lain, Abu Muslim Al-Khurasani menunggu saat yang menguntungkan, dengan kemampuan menahan diri dalam masa sekian lamanya disertai kemampuan mengendalikan gerak tindak para pengikutnya di Khurasan itu.
  •  
  •  Abu Muslim Al-Khurasani akhirnya melakukan dakwah secara terbuka untuk kepentingan keluarga Abbasyiah. Ia mengirim utusan ke berbagai kota di wilayah Khurasan untuk mengambil Bai'at dari para penduduk terhadap Ibrahim Al-Imam. Para utusan itu di sambut hangat dan terbentuklah pasukan-pasuka Abbasyiah dimana-mana, dan seluruhnya tunduk di bawah Panglima Besar Al-Khurasani.
  •  

  •  
  • Penangkapan Al-Imam Ibrahim
  •  
  •  Saat pengaruh Al-Khurasani semakin  meluas, gubernur Khurasan melihat suasana semakin berbahaya. Ia juga harus menghadapi Al-Karamani, akhirnya iapun mengirim utusan untuk membawakan surat laporan kepada khalifah Marwan II. Sedangkan khalifah Marwan II tidak berhenti memadamkan perushuhan di Syiria, Asia Kecil, Armenia, Lembah Irak, Palestina, dan mengikis gerakan Abbasyiah. Akhirnya khalifah Marwan II mengirimkan perintah kepada penguasa setempat (Al-'Amil) pada kota Balqa supaya menangkapnya dan membawanya dengan berikat ke Damaskus.
  •  
  • Bujukan maupun ancaman tidak mempengaruhi Al-Imam Ibrahim ibn Ali untuk menghentikan gerakannya di Khurasan. Iapun dijerumuskan ke dalam penjara bawah tanah, dan menderita segala macam siksa hingga iapun wafat pada tahun 129 H/747 M. Tetapi suatu kesalahan tidak disadari oleh penguasa tempat pada kota Balqa itu, ia tidak langsung menangkap keluarga Al-Imam Ibrahim itu namun hanya Al-Imam Ibrahim ibn Ali. Dan sebelum penangkapan itu, ia memberi amanat kepada keluarganya supaya keponakannya Abdullah ibn Muhammad agar segera di selamatkan ke Kufah. Dan jika ia wafat maka pimpinan selanjutnya harus diserahkan kepada keponakannya itu.
  •  
  • Untuk merebut kembal ibukota Merv dari tangan Al-Karamani, Emir Nashar ibn Sayyar berangkat dengan pasukan besar. Dalam pertempuran dasyat tersebut, panglima golongan syiah (Al-Karamani) tewas di tangan Emir Nashar ibn Sayyar sendiri. Tubuhnya disalibkan dan dipajang di depan gerbang kota Merv. Peristiwa tersebut membangkitkan jiwa balas dendam kedua putra panglima, yakni Ali ibn Al-Karamani dan Utsman ibn Al-Karamani. Keduanya mencari bantuan panglima Abu Muslim Al-Khurasani.
  •  
  • Tercapailah penggabungan kedua belah pihak, lalu pasukan gabungan itu berangkat menuju ibukota Merv dan langsung mengepung. Pertempuran terjadi hampir 2 tahun lamanya. Pada atahun 131 H/749 M ibukota tersebut dapat dimasuki dan dikuasai oleh pasukan gabungan. tangan Emir Nashar ibn Sayyar dengan sisa pasukannya sempat melarikan diri, namun ia terus dikejar hingga akhirnya ia tewas pada kota Sawwat. Akhirnya ibukota Merv dapat dikuasai oleh panglima Abu Muslim Al-Khurasani, penduduk lantas mengangkat bai'at kepada Abdullah ibn Muhammad atau Abu Abbas As-Saffah.
  •  
  • Serangan kepada Khalifah Marwan II
  •  
  • Saat khalifah Marwan II tengah berada pada Kota Benteng harran yang terletak jauh di sebelah utara mosul, berita pengambilan baiat di kota kufah itu sampai kepadanya. Ia baru saja selesai mengamankan kerusuhan di wilayah Armenia dan di wilayah Georgia yang menggerakkan pasukannya sekitar 120.000 prajurit tempur menuju arah ke selatan Lembah Irak seorang pemuka gerakan Abbasiyah dalam wilayah syahrazur bernama Abu Oun, segera menggerakkan tenaga tempur untuk melawan serangan besar-besaran. Lalu bala bantuan dikirim oleh Khalifah Abu Abbas di bawah pimpinan pamannya Amir Abdullah Bin Ali bin abadillah bin Abbas bin Abdul Muthalib. Sampai akhirnya pasukan besar itu bertahan pada Kota Benteng azab di pinggir sungai Euphrate belahan barat.
  •  
  • Pasukan Marwan II membangun perkemahannya di pinggir sungai belahan Timur, kedua pasukan itu dipisahkan oleh sungai Euphrate yang sedemikian lebar dalam masa sekian lama, hanya berlangsung Perang panah dan hujan panah api. Khalifah Marwan II tidak sabar menyaksikan keadaan itu, maka ia pun memerintah pasukannya untuk membangun jembatan di bawah lindungan hujan panah ke arah musuh, pekerjaan itu berjalan lambat dan menelan banyak korban akan tetapi akhirnya selesai juga. Khalifah Marwan II maju dengan pasukannya melintasi jembatan dan sebagiannya menggunakan perahu-perahu pendaratan. Pasukan penyerang mengalami kehancurannya dan ribuan mayat bergelimpangan dan hanyut hingga Sungai Euphrate berwarna merah oleh darah. Akhirnya khalifah Marwan II dengan sisa pasukannya terpaksa mundur ke arah utara menuju Mosul namun dikejar oleh Emir Abdullah Bin Ali hingga khalifah Marwan II terpaksa mundur lagi menuju Kota Benteng harran di sebelah utara dan mampu bertahan di sana sekian lamanya sementara itu bala bantuan baru berdatangan dari segenap penjuru Irak dan Iran untuk memperkuat pasukan Emir Abdullah Bin Ali.
  •  
  • Pengejaran terjadi terus-menerus terhadap khalifah Marwan II yang mengakibatkan rangkaian pertempuran berlangsung pada Kota Benteng Homs  di Syria Utara kemudian ibukota Damaskus dan pada berbagai tempat di Palestina. Di sana pasukan khalifah Marwan II menderita kehancuran dan beliau bersama sekumpulan pengiringnya sempat melarikan diri ke Mesir. Dengan begitu wilayah Syiria dan Palestina telah berada di bawah kekuasaan Daulah Abbasiyah dan akhirnya Emil Abdullah ditunjuk dan diangkat oleh Khalifah Abu Abbas as saffah menjabat menjadi Emir wilayah tersebut yang dikenal dengan wilayah Syam berkedudukan di Damaskus. Abdullah memerintahkan saudaranya Emir Shalih bin Ali dengan suatu pasukan besar untuk mengejar khalifah Marwan II ke daerah Mesir serta merebut dan menguasai Lembah nil yang makmur itu, di sana pasukan tidak mendapat perlawanan sama sekali karena penduduk pada setiap kota yang didatangi segera mengangkat bai'at terhadap Khalifah Abu Abbas
  •  
  • Khalifah Marwan II bersama pengiringnya dijumpai melindungi diri pada sebuah Biara di kota pelabuhan Abusir. Akhirnya ia pun ditangkap dan dijatuhi hukuman mati lalu kepalanya dikirim kepada Khalifah Abu Abbas as saffah. Maka pada Pengujung tahun 132 H/ 750 M berakhirlah kekuasaan Daulah Umayyah secara resmi dan bermula kekuasaan Daulah Abbasiyah.
  •  
  • Berdirinya Dinasti Abbasyiah

 

Dinasti Abbasiyah berkuasa atas kekhalifahan Islam pada tahun 132 H/ 750 M yang ditandai dengan pengangkatan khalifah pertama yakni abu al- Abbas As-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas di Kufah. Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah berkuasa selama kurun waktu kurang lebih 5 abad yakni sampai 656 H/1258 M yang dipimpin sebanyak 37 khalifah. Adapun diantara ke-37 Khalifah yang terdapat khalifah yang paling menonjol atau yang termasyhur karena kemajuan dan kecakapannya dalam menjadi khalifah. Berikut adalah beberapa kebijakan khalifah-khalifah terkenal Dinasti Abbasyiah:

 

  • Khalifah Abu Ja'far al-Manshur (754 M-775 M) merupakan khalilfah ke-2 dari Dinasti Abbasyiah. Al-Mansur merupakan seorang khalifah yang tegas, bijaksana, alim, berpikiran maju, baik budi, dan pemberani. Ia tampil dengan gagah berani dan cerdik menyelesaikan berbagai persoalan pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Abu Ja'far al-Manshur sangat besar jasanya dalam mengembangkan kebudayaan dan peradaban islam saat itu. Ia merupakan khalifah yang cinta akan ilmu pengetahuan.
  •  
  • Banyak buku-buku dari Bangsa Romawi yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab sehingga dapat di baca oleh kaum muslimin.[4]
  •  
  • Khalifah Harun al-Rashid (786-809 M): Salah satu khalifah terkenal dari Dinasti Abbasyiah yang dikenal sebagai penguasa zaman keemasan. Khalifah Harun al-Rashid mengadopsi kebijakan toleransi agama dan memberikan dukungan besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Kemajuan yang dicapai hampir menyeluruh pada bidang ekonomi, sosial. Infrastruktur, dan lain sebagainya.
  •  
  • Khalifah Al-Ma'mun (813-833 M): Khalifah ini dikenal sebagai patron ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Dia mendirikan Bait al-Hikmah, sebuah pusat penelitian dan pendidikan Islam yang berfokus pada studi filsafat dan ilmu pengetahuan. Khalifah Al-Ma'mun juga memprakarsai upaya untuk menyelesaikan konflik antara kelompok Sunni dan Syiah melalui doktrin Mu'tazilah. Banyak peristiwa penting yang terjadi pada masa pemerintahannya, pertama pemberontakan Bagdad dan pengangkatan Ibrahim Al Mahdi sebagai khalifah, kedua Al-Khuramiyah dan ketiga fitnah bahwa Alquran adalah makhluk. Penaklukan pemerintahannya sangat terbatas. Itu berlangsung sampai tahun 202 H/817 M. bahwa dia mampu menaklukkan Laz, sebuah tempat di Dailam. Selama waktunya dia tidak menjadikan putranya Al-Abbas sebagai gantinya.[5] Sebaliknya, ia menunjuk saudaranya Al Mu'tasim karena ia melihat bahwa Al Mu'tasim lebih memiliki kelebihan daripada anaknya. Setelah 20 tahun pengelolaan. Al Ma'mun wafat pada tahun 218 H/833 M 
  •  
  • Khalifah Al-Mutawakkil (847-861 M): Khalifah ini dikenal karena kebijakan-kebijakan represifnya terhadap kelompok Syiah.
  •  
  • Dia memerintahkan penghancuran kuil-kuil Syiah dan memaksa orang-orang Syiah untuk memeluk Islam Sunni atau meninggalkan Baghdad.
  •  
  • Khalifah Al-Mu'tasim (833-842 M): Khalifah ini dikenal karena mengembangkan pasukan tentara Turk, yang menjadi kekuatan penting dalam melindungi kekaisaran Abbasiyah. Dia juga memperluas wilayah kekuasaan Abbasiyah ke sebelah timur, dengan menaklukkan Samarkand dan Bactria.
  •  
  • Khalifah Al-Mu'tadid (892-902 M): Khalifah ini dikenal karena kebijakan-kebijakan ekonomi dan administratifnya yang berhasil memperkuat kekuasaan Abbasiyah. Dia juga memperluas wilayah kekuasaan Abbasiyah ke sebelah barat, dengan menaklukkan wilayah-wilayah di sekitar Samudra Atlantik dan menaklukkan Sisilia.
  •  
  • Khalifah Al-Muqtafi (902-908 M): Khalifah ini dikenal karena reformasi administratifnya yang berhasil memperkuat kekuasaan Abbasiyah. Dia juga memperkuat hubungan perdagangan dengan negara-negara tetangga seperti Kekaisaran Romawi Timur dan Kekaisaran Utsmaniyah.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun