Kemiskinan yang sering kita angkat tersebut lebih pada kemiskinan absolut, yakni  kemiskinan  dengan pendekatan tingkat pendapatan rumah tangga yang berada dibawah tingkat tertentu. Padahal kemiskinan bisa dilihat dari berbagai dimensi, ada kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, ada kemiskinan  struktural dan kemiskinan kultural dan bisa dilihat dari dimensi lainnya.
Apalagi bila dihubungkan  dengan adanya fenomena masyarakat kelas menengah dan bawah "makan tabungan" serta turunnya daya beli (puchasing power), bisa saja kemiskinan riil justru terus bertambah?
Sehubungan dengan itu, Faisal Basri mensitir bahwa hampir separuh penduduk Indonesia tergolong penduduk miskin, miskin ekstrem, miskin, nyaris miskin, dan rentan miskin.(Kompas.com, 1 April 2024)
Â
Jangan jadikan Objek Program.
Masyarakat miskin, di negeri ini belum sepenuhnya dapat keluar dari penderitaannya. Berbagai program yang sudah di buat dan kita laksanakan untuk mendorong mereka keluar dari "cengkraman" kemiskinan.
Ada program Corporate Social Responsibility (CSR), ada program bantuan sosial, ada program bantuan langsung tunai (BLT), ada program bantuan ini dan itu, ada program pembinaan, ada program penelitian, ada program pengabdian kepada masyarakat miskin, dan berbagai program dan atau kegiatan yang sudah kita lakukan  dan akan kita lakukan.
Maaf, memang kita sangat antusias dalam membahas persoalan yang satu ini, namun pembahasan yang kita lakukan lebih berorientasi pada masyarakat miskisn yang  kita jadikan objek, mereka dijadikan objek pembahasan, mereka  kita angkat dalam seminar, lokakarya, diskusi,  dan sebaginya dengan topik pembahasan sekitar pengentasan  kemiskinan dan masyarakat miskin.
Maaf, terkadang hasil seminar, lokakarya, diskusi dan sebagainya itu mengahsilkan suatu rumusan yang "luar biasa". Namun, dalam kenyataannya, prgram demi program, langkah demi langkah strategi demi strategi yang kita lakukan, nyatanya mereka masih tetap berkutat dalam kemiskinan. Program dan apa pun namanya yang kita lakukan, terkadang hanya dapat meredam penderitaan mereka sesaat, tidak lama kemudian mereka tetap berkutat dengan penderitaannya.
Â
Langkah Harus Dilakukan.