Tractacus logico Philosophicus adalah karya filosofis yang disajikan dalam deskripsi singkat, padat dan unik. Artinya, ia menggunakan sistem notasi numerik yang menunjukkan prioritas logis dari pernyataan. Hal dasar dari filosofi Tracascus adalah teori citra, yang menjelaskan logika bahasa. Menurut Wittgenstein, esensi bahasa adalah deskripsi logis dari realitas dunia. Hakikat dunia adalah kumpulan fakta, bukan benda, dunia terbagi menjadi fakta. Fakta adalah situasi, adanya peristiwa.
Periode pertama pemikiran Wittgenstein ini sangat mempengaruhi sekelompok ilmuwan positif yang berbasis di Wina, yang dikelan dengan positivisme logis. Teori citra dan logika linguistik masih menjadi dasar bagi prinsip-prinsip verifikasi ilmiah yang berpengaruh di seluruh dunia.
Fase kedua pemikiran Wittgenstein, penelitian filosofis, didasarkan pada bahasa sehari-hari masyarakat, bukan pada logika bahasa. Wittgenstein didasarkan pada bahasa ideal yang memenuhi persyaratan logika di era pertama, sedangkan ide-ide era kedua didasarkan pada berbagai bahasa sehari-hari. Dalam pemikiran kedua, ia mengenali kelemahan konsep pertama dan mempraktikkan kritik, yang bersikeras pada perumusan pemikiran yang sistematis.
Inti dalam periode pemikiran kedua Wittgenstein adalah "permainan bahasa". Hakikat bahasa adalah penggunaannya dalam berbagai konteks kehidupan manusia. Oleh karena itu, banyak permainan bahasa yang sifatnya dinamis dan tidak terbatas pada konteks kehidupan manusia. Tergantung pada jenisnya, ada banyak penggunaan bahasa, masing-masing dengan seperangkat aturannya sendiri, yang sepadan.
Oleh karena itu, Wittgenstein menyimpulkan bahwa makna kata adalah penggunaannya dalam sebuah kalimat, makna kalimat adalah penggunaannya dalam suatu bahasa, dan makna suatu bahasa adalah penggunaannya dalam berbagai konteks kehidupan manusia. Dalam konteks ini, konteks yang menggunakan logika bahasa yang terdapat dalam tractatus itu sendiri adalah semacam permainan bahasa. Dalam gagasannya yang kedua, Wittgenstein tidak lagi memulai dengan bahasa yang ideal dan logis, tetapi mengembangkan gagasan untuk berbagai bahasa dalam kehidupan manusia.
Karena hakikat bahasa mengandung nilai-nilai ontologis, maka relevan ketika mengembangkan "aksiologi bahasa" yang menjelaskan nilai bahasa dalam berbagai konteks kehidupan manusia.
Kaelan (2004) berpendapat bahwa pemikiran kedua Wittgenstein berkaitan dengan pengembangan landasan filosofis praktis, termasuk aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Bahasa sebagai subjek penelitian pragmatik memiliki nilai-nilai yang diwujudkan dalam kaidah penggunaan bahasa dalam berbagai konteks kehidupan manusia. Secara filosofis, nilai-nilai yang terkandung dalam bahasa bukanlah "nomotetik" yang oleh pragmatik linguistik hanya mencari hukum dan proposisi, tetapi "ideografik", yaitu bahasa yang dihayatinya. Mengingat ia merupakan sumber penelitian pragmatik, maka yang tidak dibatasi dalam berbagai situasi termasuk kehidupan manusia.
Pemahaman Bahasa Perpajakan Internasional
Ketika pemerintah mengenakan pajak  atas pendapatan dari perdagangan dan investasi internasional, manfaat perdagangan dan investasi internasional  bagi kedua negara yang bekerja sama untuk meningkatkan pendapatan mereka menjadi semakin nyata. Peningkatan penerimaan pajak negara akan benar-benar berkontribusi dalam memajukan pembangunan negara, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan lainnya.
Di satu sisi, negara dapat meningkatkan pendapatan pemerintah dari pajak  atas  perdagangan dan investasi internasional, sementara di sisi lain, negara/pemerintah juga memperdagangkan dan mempromosikan perdagangan antar negara dan tingkat investasinya masing-masing. investasi. Salah satu upaya untuk meminimalkan beban ini adalah dengan menghindari pajak berganda internasional.