"Tapi beneran deh, tuh gunung punya kuncen, tapi kuncennya ganteng neng, Orang sini manggil dia Alf, masih muda lagi neng, kali aja neng ntar naksir lho, hehe..."
Sialan ni tukang becak. Sungutku dalam hati. Kulirik dia yang kini tersenyum penuh arti.
"Nah... Yang itu rumah Mpok Arra." Tunjukknya kemudian kesebuah rumah yang halamannya dipenuhi dengan bunga mawar. Indah sekali.
"Dia itu dukun cinta di kampung ini, banyak lho mba yang mencoba peruntungan cinta sama mpok Arra. Orangnya cantik dan pinter. Banyak juga yang juga sekedar ingin konsultasi atau curhat masalah percintaan. Kadang dia sering diundang ke kota untuk menghadiri SEMINAR DUKUN CINTA TINGKAT NASIONAL. Mpok Arra juga teman baik Mommy istri pak kades. Dia juga sering main ke rumah pak Kades. Kali aja non mau coba peruntungan cinta sama mpok Arra, hehe..." Jelasnya tanpa kutanya.
"Oh ya mang, disini ada yang jual pulsa ga? Pulsa saya habis, padahal saya harus mengabari mama dirumah"
"Ada neng, wah kebetulan aja kita belum kelewatan." Ujarnya kemudian sambil mengayuhkan becaknya ke sebuah gank kecil.
"Sebentar ya neng, saya lihat dulu orangnya ada tidak." Ia lalu turun dan menghampiri sebuh rumah semi permanen. Di pojokan depan rumah itu terdapat sebuah kios kecil yang menjual aneka makanan kecil dan kebutuhan rumah tangga. Tak beberapa lama kemudian kulihat tangannya melambai kearahku, mengisyaratkan agar aku menghampirinya.
"Beli vocher ****** 100 ribu 5 ya mas." Ujarku sambil mengeluarkan dompet dari ranselku.
"Wah... banyak amat neng, seumur-umur saya jualan baru kali ini ada pelanggan yang beli voucher 100 ribu sampe 5 biji. Durian runtuh ne" Ujarnya si penjual voucher, belakangan baru kutahu namanya Budi tapi akrab dipanggil Boil.
"Wah... neng warga baru di desa ini ya. Sering-sering aja ya neng mampir sini. Oh ya besok minggu kita ada pesta panen raya, ntar neng ikutan ya. Saya jadi panitia lho" Lanjutnya lagi.
"Iya mas... makasih ya."