"Saya Joko Erdhianto, neng, panggilannya mang joko... tapi jangan pake nyanyi ya neng... hehe..."
"Neng, keponakannya pak kades ya? Wah... asik tuh sepupuan sama Uleng."
Hah... Uleng lagi... Ini sudah kedua kali aku mendengar nama Uleng sejak tiba didesa ini, dari petani sampe tukang becak juga kenal dengan Uleng.
"Emang kenal banget sama Uleng ya mang?" Tanyaku penasaran.
"Wah neng, dikampung ini siapa sih yang ga kenal Uleng dan Cinta, putri-putri pak kades yang merupakan bunga desa didesa ini. Selain cantik, mereka juga ramah dan baik hati."
"Desa ini memang kecil neng, jumlah warganya cuma sekitar seratusan orang. Suasana kekeluarganya terasa banget. Jadi saya kenal deh sama penduduk-penduduk desa rangkat, termasuk keseharian mereka. Jangan heran ntar kalau neng menemukan hal yang aneh-aneh dikampung ini."
"Aneh bangaimana mang?" Tanyaku mengernyitkan dahi.
"Lihat gunung yang didepan itu ga neng?"
"Nama gunung itu Naras, konon ada kuncennya neng, orangnya suka aneh-aneh, kadang suka melakukan ritual-ritual sambil mulutnya komat kamit baca mantra. Katanya sih untuk melindungi desa dari roh jahat."
"Hah...?! masa sih mang?"
"Hehehe... bercanda kok neng. Si eneng ini serius amat" Ujarnya kemudian disertai tawanya yang renyah.