Mohon tunggu...
Alya Dwi Arianty
Alya Dwi Arianty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pendidikan Kimia UNIMUS

Hobi saya menulis, saya ambisius, saya tertarik dengan bidang pendidikan dan psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Puisi Bunga dan Tembok Karya Wiji Thukul (Ekokritik) dengan Menggunakan Teori Strukturalisme

22 November 2023   15:31 Diperbarui: 3 Maret 2024   20:25 4042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandangan pembaca adalah sudut pandang atau persepsi yang dimiliki oleh pembaca terhadap sebuah puisi, yang dapat dipengaruhi oleh latar belakang, pengetahuan, dan pengalaman pembaca. Pandangan pembaca puisi Bunga dan Tembok dapat bervariasi, tergantung pada siapa dan kapan pembaca membaca puisi tersebut. Beberapa kemungkinan pandangan pembaca adalah sebagai berikut:

- Pembaca yang hidup pada masa Orde Baru mungkin merasakan empati dan solidaritas dengan bunga yang tumbuh di sela-sela tembok, yang mewakili rakyat yang tertindas dan berjuang melawan rezim yang otoriter dan korup. Pembaca mungkin juga merasakan marah dan takut terhadap tembok yang menjulang tinggi, yang mewakili penguasa yang kejam dan sewenang-wenang. Pembaca mungkin juga merasakan haru dan bangga terhadap Wiji Thukul yang berani dan gigih menulis puisi-puisi kritis dan inspiratif, meskipun menghadapi risiko yang besar.

- Pembaca yang hidup pada masa reformasi mungkin merasakan kagum dan hormat terhadap bunga yang tumbuh di sela-sela tembok, yang mewakili generasi yang berkontribusi dalam perubahan sejarah dan demokrasi di Indonesia. Pembaca mungkin juga merasakan lega dan bersyukur terhadap tembok yang menjulang tinggi, yang mewakili masa lalu yang telah terlampaui dan tidak akan kembali lagi. Pembaca mungkin juga merasakan sedih dan penasaran terhadap Wiji Thukul yang menghilang secara misterius dan tidak pernah ditemukan hingga kini.

- Pembaca yang hidup pada masa sekarang mungkin merasakan simpati dan kagum terhadap bunga yang tumbuh di sela-sela tembok, yang mewakili semangat dan optimisme yang tidak pernah padam dalam menghadapi tantangan dan kesulitan. Pembaca mungkin juga merasakan waspada dan kritis terhadap tembok yang menjulang tinggi, yang mewakili ancaman dan bahaya yang selalu mengintai dalam bentuk kekuasaan, ketidakadilan, dan penindasan. Pembaca mungkin juga merasakan terinspirasi dan terpanggil terhadap Wiji Thukul yang menjadi salah satu penyair dan aktivis terbaik yang pernah ada di Indonesia.

- Puisi Bunga dan Tembok juga dapat dikaitkan dengan isu-isu yang relevan dengan masa sekarang, seperti isu lingkungan, hak asasi manusia, demokrasi, dan keadilan sosial. Puisi ini dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi pembaca untuk lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap alam dan sesama manusia, serta untuk lebih berani dan kreatif dalam mengekspresikan diri dan menyuarakan aspirasi. Puisi ini juga dapat menjadi sumber kritik dan evaluasi bagi pembaca untuk lebih waspada dan sadar terhadap segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan, ketidakadilan, dan penindasan yang masih terjadi di berbagai belahan dunia.

Kesimpulan

Puisi Bunga dan Tembok karya Wiji Thukul adalah sebuah puisi yang menggambarkan konflik antara alam dan manusia, khususnya antara bunga dan tembok. Puisi ini memiliki unsur-unsur intrinsik yang kaya dan beragam, seperti tema, amanat, rima, irama, majas, diksi, dan imaji. Puisi ini juga memiliki unsur-unsur ekstrinsik yang penting dan menarik, seperti latar belakang penulis, konteks sejarah, dan pandangan pembaca. Puisi ini merupakan sebuah karya sastra yang memiliki makna yang dalam dan kuat, serta relevan dengan berbagai situasi dan kondisi yang terjadi di masa lalu, sekarang, dan mungkin juga di masa depan. Puisi ini juga merupakan sebuah karya sastra yang memiliki nilai-nilai yang positif dan inspiratif, serta dapat memberikan dampak yang baik bagi pembaca yang membacanya dengan hati dan pikiran yang terbuka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun