"Hei tunggu!"
Dari arah belakang, Melani berteriak kepada Ari. Ari menggelengkan kepala. Ia makin mempercepat langkahnya. Ia sungguh tak mau berhubungan dengan wanita itu. Ari tak ingin mendapat masalah.
"Hei!!" Melani berusaha mengejar. Kali ini ia mengenakan celana jeans panjang sehingga gerakkannya lebih leluasa. "Mau pergi kemana kau?"
Tangan Melani menyentuh pundak Ari. Dengan cepat Ari menepisnya. "Bukan urusanmu." Ia kembali berjalan meninggalkan Melani.
Melani tak putus asa. Ia tetap mengejar Ari. "Dengar, kau harus membantuku. Kemarin malam aku sempat berpikir. Sepertinya aku tahu bagaimana cara menemukan papaku. Kita bisa cari informasi di ketua RT."
Kali ini Ari berhenti. Ia berbalik menatap Melani. "Mungkin aku harus meluruskan ini. Yang pertama, jangan pernah memakai kata harus padaku. Yang kedua, tidak ada dan tidak akan pernah ada kata kita diantara kau dan aku. Dan terakhir, aku tak berminat membantumu. Cari saja orang lain!"
"Tapi hanya kau yang kukenal di tempat ini." ujar Melani setengah memohon.
"Aku tak peduli."
"Tolonglah. Aku tahu, kau adalah orang baik. Berbeda dari orang-orang di kota ini."
Ari menarik nafas panjang. Ia kembali berbalik lalu berjalan meninggalkan Melani lagi.
"Aku mohon! Ini wasiat mamaku. Aku harus menemukan papaku." teriak Melani dari kejauhan.