Menyadari hal itu, Rita menginjak pedal gas lebih dalam lagi. Ia ingin buru-buru tiba di rumah. Kembali ke tempat tidur mungkin akan terasa sangat menyenangkan.
"Ah... Ayah, ibu..."
Kepala Rita menoleh ke arah Ari yang tidur di jok sampingnya. Ternyata Ari mengigau. Ia memandangi wajah Ari. Raut wajahnya nampak tak nyaman. Tubuhnya gelisah.
Hati Rita sedikit terenyuh saat Ari memanggil kedua orang tuanya. Dalam hatinya, ia menyayangi keponakannya itu meski Ari acap kali membuat Rita kesal dengan tingkahnya yang badung. Namun semua itu justru membuat Rita kembali teringat akan janjinya bahwa ia akan selalu merawat Ari.
Rita memperhatikan wajah Ari sekali lagi. Sekilas, Rita mendapati guratan wajah Linda di sana. Rita ingat sekali wajah Linda saat masih muda mirip dengan Ari. Ia tak bisa lupa akan senyum di wajah kakak perempuannya. Kala itu, Linda memiliki senyum yang paling indah satu sekolah sehingga banyak pria yang naksir padanya. Rupanya senyum Linda menurun pada Ari.
"Hhh..." Rita menarik nafas panjang. Ia kembali fokus menyetir. Mobil hitamnya terus melaju membelah kegelapan malam hingga akhirnya hilang termakan kabut yang mulai turun.
---
Mobil yang dikemudikan Rita telah sampai di rumah. Rita pun memarkir mobil tersebut pada tempatnya. Bersamaan dengan itu, seorang pria berpakaian tidur keluar dari dalam rumah. Melihat Rita pulang, pria itu segera mendatanginya.
Rita melepas sabuk pengaman lalu keluar dari dalam mobil.
"Bagaimana keadaannya?" tanya pria itu.
Rita berjalan memutar di depan mobil lalu membuka pintu samping. Terlihat tubuh Ari duduk lemas tak bertenaga. Pria itu pun segera mengeluarkan Ari dalam mobil.