"Tidak perlu. Simpanlah. Lagipula ia bermain bagus malam ini, anggap saja sebagai bayarannya."
Rita terdiam sejenak. "Baiklah. Terima kasih. Maaf merepotkanmu. Aku permisi dulu." Rita kembali memasukkan uang ke dalam saku lalu segera membawa Ari keluar dari bar milik Yandi.
"Yakin tak ingin kubantu?" tanya Yandi.
"Aku bisa mengatasinya." kata Rita sambil menyeret tubuh Ari keluar dari pintu bar.
Yandi menggelengkan kepalanya. Kejadian itu seperti sudah biasa baginya. Padahal ia sudah berjanji untuk tidak membiarkan Ari mabuk-mabukan, namun anak itu selalu saja membuatnya luluh.
Yandi kembali mengambil alat pel lalu membersihkan sisa muntah Ari yang masih tercecer di lantai.
Sedangkan di luar bar, Rita membopong badan Ari dengan susah payah menuruni anak tangga. Berat Ari lebih berat sekitar 10 kg dengan tubuhnya. Itu sebabnya Rita sungguh kewalahan.
Dengan tenaga yang ekstra Rita berhasil membawa tubuh Ari yang masih tak sadarkan diri ke arah mobil. Rita segera membuka pintu mobil. Ia memposisikan tubuh Ari untuk duduk di jok penumpang baris depan lalu memasangkan seat belt padanya.
Setelah Ari berhasil dimasukkan dalam mobil, Rita menutup pintu mobil. Ia bersandar di badan mobil sejenak. Rupanya ia sangat kelelahan. Butiran keringat mengucur deras di dahinya. Rita pun menyekanya. Ia nampak mengatur nafas.
---
Di dalam mobil, Rita mengemudi dengan hati-hati. Ia menoleh ke arah kanan dan kiri. Seperti biasa, jalanan Kota Artapuri di tengah malam sangat sunyi seperti tak ada kehidupan. Hanya lampu jalanan yang remang menerangi jalan. Tak ada satu pun kendaraan yang melintas selain mobil Rita.