Rasti masih sibuk menyelesaikan kue pesanan pelanggan yang harus segera selesai habis maghrib nanti. Â Tangan-tangan terampil mulai menata kue-kue itu dalam kardus. Sudah sampai kardus ke 45, berarti lima kardus lagi segera diselesaikannya.Â
Lima resep adonan kue bolu siap dimasukkan ke dalam loyang dan dipanggang dalam oven. Â Semoga adonannya sempurna seperti kue-kue yang sudah bobok manis dalam kardus. Menjelang maghrib lima kue terakhir telah siap di kemas dalam box . Rasti pun lega.
"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga."kata Rasti.
Sementara itu Roni yang sudah terjaga dari tadi dan sudah membersihkan badannya menuju meja kecil di sudut ruang tengah. Dihempaskan badannya di atas kursi empuk kesayangannya. Dengan santai ia duduk sambil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Roni ingin segera menikmati secangkir teh hijau buatan Rasti dan menyantap camilan.
Setiap hari di waktu senja seperti ini Rasti selalu menyediakan teh hijau hangat dan camilan di meja itu. Tapi kali ini Roni tak menemukan apa yang dicari. Kecewa. Apa yang ingin ia nikmati belum tersedia.Â
Mengapa? Apakah karena kesibukan Rasti akhir-akhir ini telah membuatnya lupa akan tugas-tugasnya? Semudah itukah? Padahal sebelum bisnis catering dibuka Rasti telah berjanji tidak akan melalaikan tugas dan kewajibannya.Â
Roni yang sedang ingin bersantai menjadi gundah. Â Hanya karena masalah secangkir teh hijau. Perasaannya kacau, ingin marah tapi...rasanya tak pantas dia melakukannya.
Perasaan cinta dan sayangnya begitu dalam pada isteri tercinta kekasih hatinya. Ronipun tak habis mengerti tentang perasaannya saat ini,ada sesuatu berkecamuk dalam hatinya. Sesuatu yang tak seperti hari-hari yang lalu.
"Ah...apakah aku harus cemburu manakala isteriku tak lagi memperhatikan aku ? Apakah ini pantas,sementara isteriku sama sekali tak membuat perselingkuhan atau terlibat percintaan dengan lelaki lain? Tapi mengapa?"bisik hati Roni.
"Kenapa aku menjadi cengeng seperti anak umur 3 tahun? Yang marah pada ibunya setiap kali sang ibu tak memperhatikannya. Saat sang ibu tak kunjung tiba bila dia memanggil-manggil namanya. Saat sang ibu tiada di sampingnya saat dia terbangun dari tidurnya. Aduh Roni...Roni...mengapa kamu secengeng ini?" tanya Roni dalam hati.
Roni kini mondar-mandir di ruang tengah. Sambil menggenggam cangkir yang masih kosong yang ditepuk-tepukkan ke telapak tangannya. Ia sedang menata hatinya. Yang ia ingin saat ini adalah Rasti tahu apa yang diinginkannya tanpa dia harus bilang pada isterinya itu.