[caption caption="alsayidja.paint alsayidja paint"][/caption]
Cerita yang kemarin : http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/buku-biru-23-tantangan-menulis-novel-100-hari_5703afc85c7b61ed08cc7f0d
Suasana pagi yang enak dengan udara dingin yang entah mengapa menembus tulang-tulang di bandanku ini, seakan matahari tidak mau tersenyum di awal April ini, mendung menyelimutinya dan hujan kadang masih sporadis menghujam bumi Jogja yang damai dan indah ini, aku terkeang biasanya mas Harun sempatkan membantu aku menjemur pakaian kami yang belum kering di lobi atas loteng rumah kami ini,” Biru sayang ayo berjemur “ godanya padaku tetapi ini tinggal kenangan indah hanya ijinkan aku mas membesarka n kedua buah hati kita ini dengan cinta tulusku dan sayangku padamu yang besar.
“mama mana telur mata sapiku?”
“ya Dion ini sudah mama buatkan”
“mama kok Dinda lupa sesuatu…ya?”
“PR ya Dinda?”
“ya mama aku lupa sedikit ini belum semua dibuat…tidak bisa “
“ah kakak masla mama..” sambil menjulurkan lidahnya pada kakaknya dan dibalas Dinda juga menjulurkan lidahnya
“anak kecil tidak tahu… “kata Dinda
“sudah jangan pada marah ya?” mba Min mana nasi Gorengnya?”
“ya b u ini…”mba Min membawa seteflon nasi goring kami lah yang senang hari ini dan inilah kesempatan makan enak buatan mba MIn.
“mba aku minta tomat dan timunya..” kataku
“nggih bu ini saya ambilkan “
“sekalian saja kamu juga makan ya mba Min”
“ya bu..”I makan bersama , Dion senang bukan main apalagi aku melihat Dinda kembali senyum pagi walau akhirnya aku tahu PRnya tidak tuntas membuatnya tadi malam aklum aku sudh tinggal tidur di kamar sama Dion.
“mama aku mau minta tambahan uangs aku lebih”
“buat apa?”
“ada iuran pramuka dan les”
“les apaan sayang?”
“les menyanyi..”
“kamu bisa nyanyi ya?” aku kaget bukan main, pemalu kok les nyanyi
“ya bisa mama di sekolahan kok lesnya”
“oh ya” aku agak kaget dibuatnya..menyanyi… logiskah? wong di rumah malu bila bicara
“ya mama” sambil dia makan didepanku
“boleh” dia senang bukan main
“gurunya siapa?”
“pak Fandi guru kesenia n kami”
“oh ibu sudah tahu tuh..yang gantengitu ya?”
“mama ..ya tidak begitulah”
“tahu…mama mau lihat kamu bisa nyanyi saja kok” kami tersenyum melihat Dinda entah mengapa manyun lagi!
“mba min aku ad arapat nieh nanti bagimana kalau nanti yang jemput Dion mba Min saja?”
“mama sampai sore ya?”
“ya nanti ada rapat sekolahnya mama bagaimana nak?”
“aku sama mama saja “
“ya baiknya pulang saja sama mba Min ya?”
“ya baik lah…nanti aku mau tungguin mamah saja…” dengan muka serius dia membuaku kaget bukan kepalang
“ya boleh mba Min yang antar pulang deh nanti”
ya beginilah kami mba Min juga terpaksa nanti harus bisa jemput Dion di sekolahnya dan aku tahu aku juga mau jemput Dinda disekolahanya, tiba-tiba bel pintu berbunyi dan mba MIn mendatanginuya dia masuk keruang makan kami
“nanti aku saja yang jemput Dion ya bu?”
“ah,,nguping ya?”
“ada apa mas Yanto datang tumben?’
“nggih bu saya mau jemput Dinda saja dan ada surat dari pihak asuransi bu , taspen”
“oh terima kasih mas mari makan nasi goring ini ya?, sebelumnya aku ucapakan banyak terima kasih ya mas, ngerepotin ini”
“siap selalu bisa membantu adalah kewajiban kami”
Selesai makan pagi kami terburu dan aku mengabil tasku yang didalamnya ada beberapa dokumen dan berkas di mapku.
Aku agak keburu hari ini, bebarapa berkas rapat pagi ini aku tergesa masukin dan buku novel itu malah jatuh di bawah kaki mas Yanto lagi aku jadi malu dibuatnya
“ah senang juga membaca novel ya bu?”
“ah itu kan barusan dibelikan Yuanita”
“Karya mas Sayyid oh aku kenal dia” dia melihat cover belakang novelku
“kenal dia?” tanyaku kok dia senyum melihat foto pengarangnya
“kenal”
“punya novelnya?”
“tidak”
“kok bisa”
“saudara jauh”
“benar? kamu Yan?”
“tidak maaf dia kami tolong waktu hujan dan malam jum’at sekitar empat belas tahun yang lalu waktu mau melamar seorang gadis ibunya kena serangan jantung dan tragisnya ibunya meninggal dan dia tidak jadi melamar gadis itu padahal kami sudah menyiapakan bersama tetangganya untuk kerumah gadis itu”
“lalu?”
“terlambat dia sudah ada yang melamar dan malangnya”
“apa?”
“malangnya ibunya juga meninggal”
“lalu kok kamu tahu?”
“aku dulu tetanggaan bu”
BIru diam seribu bahasa bukankah ini dia, memang dia tidak bohong waktu mau melamar ibunya meninggal karena serangan jantung? tidak ..tidak!
“kok ngelamun ya?”
“maaf jadi kamu pernah baca buku ini?”
“ah bu tidak lah tidak sempat dong”
“hmm..apa benar ceritamu itu?”
BERSAMBUNG...
BUKU BIRU
AL MURU'AH SAYYID JUMI ANTO
NO.62
JUMLAH KATA: 689
-NOVELBUKUBIRUALSAYIDJA-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H