Tak lama kemudian, ia terjatuh di hadapanku. Ia jatuh tak sadarkan diri. Dengan segera aku menahan jatuhnya dan segera memeriksa kondisi Rahmat. Ternyata badannya panas dan denyut nadi terasa lemah.
Untungnya suasana di depan toko kue tidak begitu ramai, hanya ada beberapa orang yang melihat Rahmat terjatuh. Merekapun dengan ikhlas membantuku untuk memindahkan Rahmat yang terkulai lemas ke tempat teduh.
"Mas, kenapa anak ini?" tanya lelaki berkumis tebal yang membantu mengangkatkan Rahmat menuju tempat teduh.
"Sepertinya dia kecapekan, terima kasih atas bantuannya Pak, Bu." Sahutku Ramah kepada orang yang telah menolongiku.
"Tidak apa-apa kami tinggal?" tanya seorang ibu yang memegang tas belanjaan.
"Tidak apa-apa. Maaf merepotkan." Jawabku ramah.
Merekapun pamit, dan menitipkan pesan untukku agar lekas pulang ke rumah, dan merawat bocah yang imut ini. Aku hanya mengiyakan kata mereka, walau agak geli dengan kata imut.
Aku mencoba untuk membangunkan Rahmat, tetapi satupun tak ada reaksi darinya. Aku merasa bersalah padanya, seharusnya aku harus mengerti kondisi Rahmat, dan seharusnya pula aku menjaga Rahmat dengan baik sesuai dengan amanah yang telah diberikan padaku.
Ya, lebih baik aku segera pulang.
Aku menggendongnya pada punggungku, kurasa Rahmat sangat lemas sekali tanpa tenaga. Ketika hendak beranjak dari depan toko kue, dihadapanku berdiri seorang wanita berjilbab yang terlihat anggun dengan pakaian muslimahnya. Ia memegang sebotol air pada tangannya.
"Maaf, mungkin anda akan memerlukan air minum ini." Sahutnya sembari menundukan wajahnya dan menunjukan sebotol air.