"Yang penting, sekarang kita harus mempunyai semangat hidup. Kita harus berjuang dan buktikan pada semua orang bahwa kita bisa, walaupun tanpa Ibu. Ok?" ucapku bersemangat.
"Ya, Kak." Ucap Rahmat terisak-isak.
"Kok loyo gitu. Ayo, kita laki-laki jadi harus semangat. Ok." Aku merangkul Rahmat.
"Ok, Kak. Makasih ya, Kak." Ada secercah semangat dari ucapan Rahmat.
"Nah gitu, kita tidak boleh meletakan dunia pada hati ini, tetapi letakkanlah dunia pada tangan ini." Ucapku membangkitkan Rahmat.
"Maksud Kakak?"
"Maksudnya kita harus menggenggam kehidupan ini, tak boleh menyerah dalam hidup ini, jangan sampai kamu letakkan hidup ini pada hati, sehingga kamu terlena dengan kehidupan ini. Tapi letakkanlah kehidupan ini pada tanganmu, supaya kamu bisa mengendalikan hidup ini menjadi lebih baik." Ucapku penuh kelembutan.
"Semoga Mamet bisa ya, Kak."
"Pasti bisa, kita berdoa kepada Tuhan semoga diberi kemudahan untuk menggenggam dunia."
"Semoga, Kak." Jawab Rahmat walau masih ada rasa kesedihannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H