Keahlian yang diajarkan, termasuk juga calon profesinya nanti akan sangat terbuka dan akan berhadapan dengan lulusan dari jurusan lain. Misalnya, public speaking juga bisa saja dikuasai oleh orang-orang sastra. Advertising bisa berebut dengan lulusan seni, dan sebagainya.
Begitu pun dengan jurusan, jurusan seperti Sastra Indonesia, Sastra Inggris, dan sebagainya.
Kesenjangan antara Studi dan Lapangan Kerja
Sebut saja bank, secara sederhana, orang-orang yang bekerja di bank (operasional ya, bukan pendukung seperti sekuriti, sopir, OB), harusnya yang memiliki basis pendidikan ekonomi. Entah itu manajemen, akuntansi, dan sebagainya. Tapi realitasnya?Â
Banyak lulusan dari jurusan lain yang juga diterima, entah itu dari komunikasi, sosiologi, bahkan hingga teknik dan pertanian pun juga ada.Â
Atau dalam industri media yang lekat dengan ilmu komunikasi. Banyak lulusan lain yang menjadi jurnalis atau wartawan, termasuk juga para pembawa acara berita.
Bagaimana keruwetan ini bisa terjadi?Â
Penyebab paling utama adalah adanya salah kaprah pemaknaan jenjang dengan level pekerjaan.
Dalam sebuah pekerjaan, setidaknya ada dua golongan besar, manajerial dan teknis. Manajerial berkaitan dengan pengelolaan yang bersifat lebih umum, sementara teknis berkaitan dengan pengelolaan yang lebih spesifik.
Kita ambil contoh dalam sebuah pabrik yang memproduksi mobil. Pekerja di level manajerial, katakanlah manajer produksi.Â
Ia harus bisa memahami seluruh rangkaian produksi, dari hulu sampai hilir, tapi ia tak harus menguasai salah satu keahlian.Â