Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Salah Profesi atau Salah Mengambil Jenjang Pendidikan?

26 Maret 2021   14:24 Diperbarui: 29 Maret 2021   14:11 1695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabik, hanya ilustrasi, bukan untuk melecehkan profesi (foto: jateng.tribunnews.com)

Jurusan-jurusan yang masuk dalam kategori ini, misalnya kedokteran, hukum, notaris, psikologi, keperawatan, dan sebagainya. Ini pun masih bisa ada spesifikasinya lagi, misalnya hukum pidana, hukum perdata, psikologi klinis, psikologi sosial, dan sebagainya.

Sebagai contoh, kalau mahasiswa masuk jurusan/fakultas kedokteran (termasuk juga kedokteran gigi atau kedokteran hewan), profesi yang sesuai nantinya ya jadi dokter (umum, gigi, hewan). Jika kemudian ia malah jadi bankir, itu jelas salah jurusan. Niat ke utara, malah ke selatan, dan gak ada nyambung-nyambungnya.

Seorang kawan saya, lulusan kedokteran, sudah mengantongi izin praktik dokter, tapi sampai sekarang tak pernah bener-bener menjadi dokter. 

Ia malah bekerja di LSM internasional yang mengurusi penanganan penyakit lepra. Apakah dia salah profesi? Ya, bisa dikatakan tidak seratus persen salah profesi.

Jika dokter yang mengerjakan profesi lain dengan risiko hanya disebut "salah profesi", sebaliknya, kalau ada lulusan jurusan lain yang jadi dokter, pastilah ia akan dianggap sebagai "dokter gadungan" yang berpotensi berhadapan dengan hukum.

Jika masuk ke jurusan seperti ini, saingan untuk mendapatkan profesi itu ya hanya datang dari lulusan-lulusan dengan jurusan yang sama.

2. Keahlian Spesifik, Profesi Terbuka
Ada juga jurusan-jurusan yang mengarahkan mahasiswanya untuk menguasai bidang keahlian yang spesifik, tetapi profesinya terbuka. Misalnya Teknik Elektro. Mana sebetulnya profesi yang pas? Apa jadi pegawai PLN bagian sambungan? 

Mungkin. Tapi bisa juga ragam profesi lainnya. Selama masih ada kaitannya dengan elektronik, tak bisa dikatakan salah profesi. Misalnya saja buka bengkel reparasi TV, kerja di pabrik bagian teknis elektroniknya, dan sebagainya. Begitu pun dengan jurusan lain seperti Teknik Mesin, Teknik Industri, Arsitektur, dan lain sebagainya.

Untuk jurusan seperti ini, sebuah profesi, bisa saja diperebutkan oleh lulusan-lulusan dari jurusan lain. Hanya saja, lulusan dari jurusan ini pasti akan jauh lebih memiliki peluang yang tinggi.

3. Keahlian Terbuka, Profesi Terbuka
Banyak program studi yang masuk dalam kriteria seperti ini. Meski kurikulumnya mengajarkan keahlian tertentu, tapi keahlian itu juga bisa dikuasai oleh orang-orang dari jurusan yang lain. Misalnya saja jurusan Ilmu Komunikasi. 

Banyak prodi komunikasi yang mengarahkan kemampuan mahasiswanya pada bidang public speaking, jurnalistik, broadcasting, advertising, dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun