"Naik ke punggungku!" kata Soso sambil berjongkok.
Tatiana menggeleng.
"Ayo, keburu deras hujannya..."
Tatiana sepertinya tak punya pilihan. Ia segera naik ke atas punggung Soso. Soso menggendong cewek itu menuruni jalanan yang menurun. Hujan makin deras, dan tak bisa dihindari lagi, pakaian dan tubuh mereka mulai kuyup.
Celakanya jalan setapak itu makin basah dan licin. Untunglah sepatu baru Soso itu memiliki alas yang cukup baik sehingga membantunya bisa menapak lebih baik. Cengkraman sepatunya baik, tapi Soso tak melihat ada akr pohon yang mencuat dari tanah. Karena tergesa-gesa, kakinya tersandung, tubuhnya oleng dan akhirnya tersungkur ke depan.
Untung saja ia tak terguling. Tapi bagian depan tubuhnya langsung belepotan tanah, terpmasuk wajahnya.
Tatiana sendiri taka pa-apa, karena ia jatuh menimpa tubuh Soso. Ia segera bangkit dan membantu Soso, termasuk mengelap wajahnya yang belepotan tanah. "Koba, kamu nggak apa-apa?"
Mereka malah saling berpandangan dan wajah mereka makin mendekat....
Lalu terdengar suara petir dan kilat yang menyambar.
Soso dan Tatiana segera menyadari situasi. Soso berdiri. "Ayo, kita nggak bisa lama-lama di sini, bahaya..."
"Tapi nggak usah digendong. Dan nggak usah buru-buru, toh kita juga sudah basah kuyup..." kata Tatiana.