*****
Tatiana menyambut Soso dengan tawa. Ia tergelak melihat Soso yang bersimbah peluh. "Ngapain sih pake lari-lari, kan jalannya nanjak..."
"Aku kan janji nggak bakalan meninggalkanmu lama-lama..." kata Soso sambil setengah membantingkan diri untuk duduk di sebelah Tatiana.
"Yaa tapi nggak segitunya kale..." kata Tatiana.
Soso hanya nyengir. Ia berusaha untuk mengatur nafasnya. Ia bahkan sampai haru membaringkan tubuhnya terlentang di atas rerumputan untuk menghilangkan penatnya. Tak disangka, Tatiana ikut-ikutan, berbaring di sebelahnya. Berdua mereka memandangi langit Rustavi yang biru cerah.
"Kira-kira nanti malam yang akan muncul, bulan atau bintang ya?" tanyanya.
"Nggak tahu... mungkin nggak ada bulan, belum saatnya. Kalaupun ada paling bulan sabit. Kenapa memangnya?" Soso melirik.
"Nggak apa-apa, asyik aja kali kalau bisa melihat bulan atau bintang-bintang di sini. Pasti terlihat jelas, taka da yang menghalangi..."
Duh, Soso jadi deg-degan. Tadi anak itu mendadak pengen nungguin senja. Habis itu mulai ngomongin bulan dan bintang. Kalo dituruti, bisa-bisa juga pengen nungguin fajar merekah! Bukannya nggak mau, tapi ia kan baru datang. Ia juga masih punya urusan yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
"Kamu pernah melakukan seperti ini?" kali ini Tatiana meliriknya.
"Seperti ini apa maksudnya?"