"Mana gadis itu?" si Kusir tampak bingung melihat Soso sendirian.
"Dia masih di sana. Dia ingin menunggu senja..." jawab Soso yang masih ngos-ngosan karena berlari. "Pak.. bisa minta tolong lagi nggak?"
Lelaki itu menatapnya. "Apa yang bisa kubantu?"
"Bapak kembali dulu ke pabrik baja itu, temui bapak saya di warung di sebelah pabrik, bilang padanya saya ada urusan dulu. Tapi tolong jangan bilang soal cewek tadi..." kata Soso, "Sampaikan sama bapak saya, kalau orang yang ditunggunya sudah pulang kerja, ikut saja ke rumahnya. Nanti saya menyusul...."
"Terus?"
"Terus bapak balik lagi ke sini, tungguin saya. Nanti saya harus mengantar anak tadi ke rumahnya, lalu menyusul bapak saya..." jawab Soso. "Bisa kan Pak?"
"Yaah, yang penting tahu sama tahu aja..." kata Pak Kusir itu.
Soso nyengir, "Tenang aja Pak, gampang itu.... tapi jangan sampai nggak nyampein ke bapak saya dan nggak balik lagi ke sini lho Pak..."
"Iya, beres..." kata Pak Kusir.
"Ya sudah. Takutnya orang yang ditunggui bapak saya keburu bubaran kerja..." kata Soso lagi.
Kusir itu pun segera pamitan. Sementara Soso segera berlari lagi menaiki bukit. Yaah, niatnya sih berlari, tapi kok makin lama makin terasa ngap-ngapan, apalagi jalanannya makin menanjak.