Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (67) Kisah Pilu Sang Bapak

2 Februari 2021   19:29 Diperbarui: 3 Februari 2021   19:46 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Episode Awal: (1) Soso

Episode Sebelumnya: (66) Setan Kumat

*****

Informasi tentang Pak Beso akhirnya datang juga. Ararat Sarafian, bandit kecil di Bazaar Armenia itu datang menemui Soso jam istirahat di depan pintu seminari. "Siapkan uang limapuluh kopeck-mu. Aku menemukan bapakmu!" katanya dengan nada tengil seperti biasa.

Soso yang tadinya mau ngopi sama si Vaso dan kawan-kawannya di toko buku Gege Imedashvili, terpaksa membatalkan janjinya. "Urusan penting, soal Bapakku..." katanya pada kawan-kawannya.

Ia lalu mengikuti si Ararat menuju Bazaar Persia yang tak jauh dari Bazaar Armenia. Meski lebih dulu ada, dan dulu dikenal sebagai pasar paling kotor, pasar itu sekarang menjadi jauh lebih rapi dan bersih. Mungkin karena semakin banyak penjual pakaian di sana. Kalaupun ada bahan makanan itu hanyalah bahan makanan kering seperti beraneka macam rempah-rempah yang didatangkan dari wilayah Asia. Sebagian konon berasal dari India dan dibawa melalui darat melalui wilayah Persia, atau melalui jalur laut melewati Laut Hitam.

Anak Armenia itu membawanya masuk lebih dalam, sampai akhirnya mereka tiba di jejeran kios penjual pakaian, karpet, sepatu, dan lain-lain. Dulu Soso pernah masuk sampai ke situ saat akan membelikan oleh-oleh buat ibunya.

"Bukankah itu Bapakmu?" tanya si Ararat sambil menunjuk seorang lelaki bertubuh kurus. Wajahnya yang lebih tirus tertutup janggut dan cambang hitam, dan kepalanya ditutupi sebuah topi.

Tak salah lagi, lelaki yang ditunjuk si Ararat itu adalah Pak Beso. Dia tampak sedang tekun menjahit sebuah sepatu. Setengah berlari Soso mendekatinya.

"Pak..."

Lelaki itu mengangkat wajahnya. "So..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun