"Sebutkan dulu namamu!"
"Ararat Sarafian..." jawab anak itu akhirnya.
Anak Armenia rupanya, pikir Soso. "Oke. Begini. Aku tahu kau hari-hari berada di pasar ini. Aku perlu bantuanmu mencari orang..." Soso lalu menceritakan ciri-ciri Pak Beso, termasuk namanya. "Kalau kau bisa menemukannya, kau bisa mengabariku. Pergi ke seminari itu jam istirahat, cari aku, namaku Koba Djugashvili. Kalau benar itu adalah orang yang kucari, aku akan memberimu 50 kopeck..."
"Bagaimana aku bisa mempercayaimu punya uang segitu kalau bapakmu saja miskin?" tanya anak itu.
"Aku memang tak punya banyak uang, tapi aku akan memegang janjiku. Kau lihat seragamku kan?"
"Kenapa memang dengan seragammu?"
"Aku sekolah di seminari, aku takkan berbohong..." kata Soso.
Anak itu tertawa terbahak-bahak, "Kaukira aku akan percaya dengan seragammu kamu akan jujur? Bahkan yang sudah jadi pendeta saja masih banyak yang berbohong!"
"Terus?"
"Beri aku uang muka!" katanya.
Soso langsung memindahkan bungkusan kacang itu ke tangan si Ararat. "Nih uang mukanya!"