Pasar itu sangat ramai. Orang-orang yang berbicara dalam bahasa hayeren[1] terdengar di mana-mana. Sejak Tiflis dikuasai Rusia, memang banyak sekali orang Armenia yang pindah ke kota itu,[2] terutama mereka yang menganut agama Kristen. Di Tiflis, nasib mereka sedikit lebih baik daripada orang-orang Georgia asli. Kebanyakan dari mereka adalah pedagang yang sudah hampir mencapai taraf saudagar. Sisanya adalah buruh pabrik dan pekerja kasar lainnya.
Soso celingak-celinguk, antara berharap bisa menemukan Pak Beso dengan ketidakyakinanya sendiri. Kalau ia bertemu ya bagus, berarti ia bisa menanyainya langsung, kenapa bapaknya itu kembali ke Tiflis. Sementara kalau tidak, ia berharap bapaknya benar-benar berada di Rustavi, mencari nafkah dengan baik-baik di sana.
Tiba-tiba dari arah depan, seorang anak yang tingginya sedagu Soso berlari dengan cepat lalu menabraknya. Soso terhuyung lalu jatuh ke samping kiri. Celakanya, di situ terdapat penjual kacang-kacangan yang menggelar dagangannya di atas nampan. Satu nampan berisi kacang pistas[3] langsung terguling bersama dengan tubuh Soso. Kacang-kacang berwarna kuning itu langsung berhamburan.
Seorang lelaki yang menunggui barang itu langsung berlari ke arah Soso, membantunya berdiri sambil mengoceh dengan bahasa hayeren. Jelaslah Soso tak mengerti. Beberapa saat kemudian, lelaki itu mungkin menyadarinya, begitu melihat seragam putih yang dipakai Soso. Ia pun kemudian menggunakan bahasa Rusia yang terpatah-patah.
"Beresi barangku, atau kutuntut kau ganti rugi, atau kulaporkan kau ke sekolahmu!" katanya.
Soso terpaksa memberesi kacang-kacang yang berhamburan itu dengan tangannya. Untung saja kacang itu mentah dan kering, tanah di bawahnya juga padat dan kering, jadi ia tak terlalu kesulitan meski di akhir ia harus memungutinya satu-persatu.
"Periksa dompet atau barang bawaanmu!" kata lelaki itu saat Soso masih memulungi kacang-kacang yang masih tersisa.
Meski bingung, Soso merogoh saku dalam pakaiannya. Rasanya ia menyimpan uang entah berapa di situ, dan ternyata masih ada. "Masih ada, Pak, kenapa?" tanya Soso.
"Anak yang tadi menabrakmu itu adalah anggota komplotan copet. Biasanya ia sengaja menabrak korbannya lalu mengambil barangnya...." jawab lelaki itu.
"Rasanya tak ada yang hilang, Pak..." kata Soso lagi.
"Uangmu lengkap?" lelaki itu bertanya lagi.