Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (65) Bandit Pasar Armenia

31 Januari 2021   20:34 Diperbarui: 1 Februari 2021   19:21 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Soso mengangguk, meski tak terlalu yakin, soalnya ia juga tak tahu berapa uang yang dikantonginya, tapi setidaknya memang ada beberapa keeping uang yang tersisa di kantong pakaian dalamnya.

"Berarti kau bukan korban, hanya apes saja..." kata penjual kacang itu, "Mungkin dia sedang kabur setelah ketahuan mencopet atau mencuri sesuatu..."

Soso berdiri, "Rasanya sudah beres, Pak..." katanya.

"Kalau pembeli tahu kacang-kacang ini habis terburai ke tanah, pasti harganya akan turun..." kata lelaki itu lagi, "Belilah barang semangkuk!"

Soso garuk-garuk kepala, "Bapak tahu kan kalau saya anak sekolahan? Buat apa kacang-kacang ini, taka da keluarga saya di sini, tak bisa memasak pula..."

"Satu mangkuk saja!" lelaki itu agak membentak.

Soso rada-rada jengkel juga, tapi ia nggak mau rebut berkepanjangan, "Berapa?" tanyanya.

"Satu kopeck..."

Soso mengeluarkan uang satu kopek, meski ia tahu itu sangat mahal. Tapi sudahlah. Sebagai gantinya, ia mendapatkan semangkuk kacang mentah yang dibungkus daun kering. Ia pun berlalu sambil membawa bungkusan kacang itu, ia sendiri tak tahu buat apa kacang itu. Kalau saja sempat, bisa saja ia membawanya ke rumah Mak Imel, tapi itu cukup jauh, ia tak punya cukup waktu.

*****

Selain waktunya habis buat mulungi kacang, sudah berkeliling pun Soso tak menemukan sosok Pak Beso, yang sepintas mirip sih banyak. Waktu istirahat pun sudah nyaris habis. Soso memutuskan untuk kembali ke sekolah, dan mencobanya lagi besok, siapa tahu lebih beruntung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun