Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (38) Anak Tiri dari Bapak Kandung?

3 Januari 2021   07:35 Diperbarui: 4 Januari 2021   10:34 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WPAP by Alip Yog Kunandar

Mak Keke juga terlihat sangat berbeda. Di usianya yang menjelang empatpuluh tahun, ia tak lagi terlihat sebagai nenek-nenek enampuluh tahunan seperti dulu. Ia terlihat sangat segar. Ia memakai pakaian yang cukup bagus, berwarna biru cerah, bukan warna hitam atau warna-warna gelap lainnya. Garis kecantikannya kembali menggurat. Ia layaknya seorang perempuan berusia 25 tahun yang sedang berada dalam puncak kecantikannya!

Mak Keke menariknya masuk ke dalam rumah dan menyuruhnya duduk, sementara ia sibuk mencarikan sarapan buat anak semata wayangnya itu dari rumah sebelah. 

Di rumah sebelah, rumah Pak Keta yang lebih besar, banyak orang berkumpul sibuk mempersiapkan sesuatu, kayak orang mau hajatan. Dan itu makin memperkuat dugaan Soso kalau ia bener-bener akan dikawinin sama si Bonia. 

Apalagi semalam, teman-temannya sudah menyindir-nyindirnya, katanya ia akan menjadi bagian dari keluarga Jacob Egnatashvili, bapaknya si Bonia.

Tak lama Mak Keke sudah kembali dengan sepotong kachapuri dan segelas susu. "Makan dulu So, ada yang mau Mak omongin." katanya. Soso segera menikmati sarapan pagi yang agak berbeda itu. biasanya ia dikasih roti dengan telor ceplok di atasnya, kali ini roti keju.

"Beberapa hari yang lalu, Pak Koba Egnatashvili, kau tau lah, bapaknya si Yuri dan Bonia, menemuiku..." kata Mak Keke sambil duduk di depan Soso. "Kau tahu lah, status Mak tak jelas sejak bapakmu kabur meninggalkan kita berdua. 

Tapi Romo Charkviani sudah membantu Mak agar mendapatkan kejelasan. Akhirnya, dengan alasan Bapakmu dianggap gila dan tak bertanggungjawab, gugatan cerai Mak dikabulkan. Mak sudah resmi jadi janda. Nah, Pak Koba sendiri kan sudah lama hidup sendiri sejak istrinya meninggal sepuluh tahun lalu...."

Soso bengong. Sek sek sek... kok jadi ngomongin status Mak Keke dan Pak Koba?

"Pak Koba datang melamar... melamar Mak!"

"Apaaa....???" Soso kaget sampai-sampai roti yang sedang dikunyahnya menyembur ke muka Mak Keke.

Mak Keke yang dari dulu memang emosional langsung mencak-mencak sambil membersihkan wajahnya dari remah-remah roti bercampur jigong Soso. "Kamu kenapa sih? Kamu nggak suka nasib ibumu ini berubah? Kamu nggak suka kalau hidup kita lebih baik?" tanyanya sambil berkacak pinggang dan mata melotot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun