Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (38) Anak Tiri dari Bapak Kandung?

3 Januari 2021   07:35 Diperbarui: 4 Januari 2021   10:34 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WPAP by Alip Yog Kunandar

Yevgeny juga menyerah. Justru si Pavel yang sukses menjalaninya, karena ayahnya lalai menenamkan nilai moral padanya tak seperti pada kakaknya.

Soso sendiri tak kosong dengan asupan moralitas, jadi rasanya, semenarik apapun konsep nihilisme itu, ia takkan bisa menjalankannya. Buktinya? Ya sekarang ini. 

Ketika dipanggil pulang oleh Mak Keke dan juga Pak Koba --yang pasti berkaitan dengan si Bonia---Soso pulang. Ia tak lari. Ia menyiap-nyiapkan dirinya untuk bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya. 

Berarti ia bukan nihilis. Masih ada ikatan moral, yang meski longgar, tetap bisa menariknya untuk kembali.

*****

Malam sudah turun ketika kereta kuda yang ditumpangi Soso dan Pak Daka tiba di pinggiran kota Gori. Mereka berhenti di losmen milik Pak Koba yang dulu dijadikannya pangkalan kabur Soso, Peta, dan Seva saat kasus si Gisa. Pak Daka menurunkan barang-barang belanjaannya dibantu beberapa pekerja losmen yang datang menyambutnya.

"Kau istirahat di sini aja dulu So, nanti kucarikan kamar untukmu..." kata Pak Daka.

Soso mengangguk. Ia sebetulnya pengen langsung pulang untuk bertemu dengan ibunya. Tapi males juga jalan, masih lumayan jauh. Pak Daka juga tampaknya tidak langsung menuju losmen yang satunya lagi yang ada di tengah kota. Tak mungkin ia memaksanya mengantar.

Seorang pelayan datang menghampiri Soso dan mengantarnya ke sebuah kamar. Sangat ramah, "Mungkin dia sudah tau kalau aku bakal jadi bakal jadi menantunya yang punya losmen ini..." pikir Soso, meski ia tak terlalu peduli soal itu. Yang pasti, ia tau nggak bakal disuruh untuk membayar sewa kamar itu.

Saat hampir memejamkan mata, di luar terdengar rame-rame, lalu ada yang mengetuk pintu kamarnya. Saat pintu dibuka, ada wajah-wajah yang sangat dikenalnya; Gisa, Seva, dan si Gigi. Soso tersenyum senang. "Bagaimana kalian tahu aku di sini?" tanyanya.

Anak-anak itu langsung pada nyelonong masuk. "Tau lah, beritanya sudah menyebar. Kamu akan jadi bagian keluarga Jacob Egnatashvili. Tadi pagi si Yuri ngomong, katanya kamu akan dijemput di Tiflis, ya sudah, kita ke sini aja..." kata si Seva.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun