Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (38) Anak Tiri dari Bapak Kandung?

3 Januari 2021   07:35 Diperbarui: 4 Januari 2021   10:34 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WPAP by Alip Yog Kunandar

Soso melirik pada si Gisa, "Kabarmu gimana Gis? Kamu sempat dipenjara?" tanyanya.

Gisa tersenyum lalu mengangguk, "Lumayan lah, dua bulan makan gratis..." jawabnya.

"Bapakmu gimana?" tanya Soso lagi.

"Belum ada kabar sampai sekarang. Mungkin bener bapakku rampok.." jawabnya, "Sudahlah. Setidaknya ia tidak mati digantung Tskinvali. Perampok atau bukan, kalau dulu ia tak berhasil kabur, ia tetap akan digantung.."

"Kalau si Tua Ninika?"

"Dia mah ada, sudah keliatan lagi mondar-mandir bawa namgali. Polisi juga nggak menangkapnya lagi. Kayaknya sih beneran gila. Kalau nggak gila, ngapain dia balik lagi ke Gori..." kali ini si Gigi yang menjawab.

 "Gimana rasanya mau jadi saudaranya si Yuri?" tanya Seva sambil mesam-mesem.

 Soso cuma nyengir. Bener kan, dugaannya, dia bakalan dikawinin sama si Bonia. Otomatis kan si Yuri, teman mainnya itu, jadi kakak iparnya.

Empat sahabat itu asyik mengobrol sampai larut malam. Pelayan losmen, atas perintah Pak Daka, mengantarkan makanan dan minuman untuk mereka. Ya sudah, tambah asyik ngobrolnya. Dan tak ada satupun yang pulang ke rumahnya. Semuanya numpang tidur di kamar losmen bersama Soso.

*****

Ada yang berbeda ketika Soso sampai di rumahnya setelah semalam tidur di losmen Pak Koba bersama teman-temannya. Rumah itu terlihat agak... rapi dan bersih. Mak Keke menyambutnya dengan sumringah dan pelukan hangat sambil menepuk-nepuk wajah Soso memuji-muji ketampanannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun