"Kamu darimana?" tanya si Lado pada cewek itu.
Soso kaget bukan kepalang, cewek itu tak lain adalah Natalia Kirtava, alias Natasha, cewek cantik yang menjadi teman perjalanannya di kereta saat pulang ke Gori beberapa bulan lalu!
"Aku mampir di toko buku..." jawabnya, sambil melirik Soso dengan ujung matanya.
 Jlegerrrr... kepala Soso rasanya mau meledak. Ini tanggal satu Mei. Ia ingat kata-kata terakhir Natasha sesaat setelah ia turun dari kereta. Ia akan menemuinya tanggal satu Mei, di toko buku Pak Yedid! Dan ia nyaris saja ke toko buku itu tadi. Soso jadi salah tingkah, apakah ia akan menyapa cewek itu atau pura-pura belum mengenalnya.
"Kenalin ini temen-temenku dari Gori, para calon pendeta...." kata si Lado pada Natasha, "Yang ini Soso, anak paling cerdas di kampungku, dan yang ini Seva anak yang paling dermawan..."
Natasha menyodorkan tangannya pada Soso dan Seva sambil menyebutkan namanya. Ya sudah, Soso tahu, ia harus berpura-pura belum mengenal cewek itu. Tapi apa hubungan si Lado dengan Natasha?
"Natasha ini aktivis buruh di Batumi, makanya dia datang ke sini sekarang..." Lado menjelaskan kepada dua temannya.
"Pacarmu ya Do?" tanya Seva.
Soso berterimakasih dalam hatinya pada si Seva yang sudah mengajukan pertanyaan itu. Ia sendiri nggak berani, ngeri denger jawabannya kalau diiyakan. Lado tertawa, lalu melirik Natasha yang membalasnya dengan senyuman. "Yaa kita dekat lah," jawab si Lado tanpa menyebutkan arti 'dekat' itu. "Kamu tuh pertanyaannya masih aja begituan Sev..." ia melirik Seva.
 "Maklum, dia kelamaan jomblo... baru dapet cewek Rusia, seminggu dan diputusin..." Soso langsung nyamber. Niatnya sih pengen mencairkan suasana yang berasa tegang, padahal yang tegang dan nggak nyaman itu cuma dia. Natasha aja keliatannya santai-santai aja.
 "Soso ini pernah bedah buku Kapital di markas kita, luar biasa penjelasannya. Padahal buku itu buku yang berat..." kata Lado lagi pada Natasha.