Episode Sebelumnya: (23) Pembajak yang Dibajak
*****
Satu-satunya rencana kelompok pimpinan Soso dalam pembajakan itu yang berhasil adalah rencana terakhir; apapun yang terjadi, mereka akan berkumpul di Benteng Gori. Tadinya direncanakan di Uplistsikhe, tapi terlalu jauh untuk memantau situasi.Â
Benteng Gori adalah sebuah citadel[1] yang sudah dibangun abad ke-13, dan sudah jadi tempat pertahanan jauh sebelum itu. Bentuknya yang sekarang dibangun atas perintah Raja Kartli, Rostom, tahun 1630-an. Perancangnya adalah Cristopolo Casteli, seorang misionaris Italia yang tinggal di Gori masa itu.Â
Pada awal kedatangan Rusia, benteng ini menjadi markas pasukan pelempar granat, karena letaknya yang strategis, berada di atas bukit, dan dekat dengan jalur perlintasan. Tapi setelah wilayah-wilayah Georgia dikuasai sepenuhnya dan perlawanan mulai redup, benteng itu ditinggalkan.
Jika dikunjungi siang hari, dari kompleks pertahanan itu, orang bisa melihat kota kecil Gori jika memandang ke arah barat atau selatan. Jika memandang ke timur dan utara, terlihat Sungai Mktvari dan Gorekhi yang merupakan anak Sungai Kura, persis berada di bawah benteng, dan di seberangnya adalah ladang-ladang penduduk dan perbukitan. Bagian paling menarik dari benteng itu adalah Tskrha-kara –sembilan gerbang—yang terpengaruh gaya Persia.
Satu-persatu kelompok Soso mulai berdatangan ke Benteng Gori. Tak bisa bersamaan karena mereka terbagi dua kelompok yang berada di barat dan timur jalan jalur ke Tskhinvali, sehingga harus mencari jalan sendiri-sendiri ke Benteng Gori tanpa harus ketahuan. Mereka yang berada di sebelah barat jalan harus memutar, melewati perbukitan, dan menyeberangi Sungai Gorekhi  sebelum sampai ke benteng.Â
Kelompok itu punya beban lebih, karena ada sebuah kereta yang harus diamankan. Karena tak mungkin mengendarainya, kuda-kuda penariknya dilepaskan, keretanya disembunyikan. Kelompok yang di timur jalan, meski tak membawa kereta, mereka harus memutar dan mencari cara menyeberangi Sungai Gorekhi tanpa melewati jembatan, sehingga perjalanannya lebih sulit dan memutar jauh.
Dari 13 anak yang tadi bergabung, Tiga yang tidak kelihatan. Pertama si Gisa, yang tertangkap, dan nasibnya entah bagaimana. Dua lagi adalah si Devo dan si Jaba. Mereka memang tidak langsung menuju benteng, tapi balik ke kota untuk mencari informasi tentang nasib si Gisa.