Pak Yedid menyodorkan sebuah majalah, Iveria edisi baru. Ia langsung teringat sesuatu. Jangan-jangan puisinya dimuat. Tapi darimana Pak Yedid tau kalau itu puisinya, kan ia pake nama samaran.
"Kamu pake nama Soselo kan?"
"Kok Bapak tau?"
"Udah feeling..." jawab Pak Yedid.
 Soso membuka-buka halaman majalah itu, dan beneran menemukan puisinya yang tempo hari dikirimkan langsung ke sana. Ia tersenyum bangga.
"Bener kan..." kata Pak Yedid.
"Darimana Bapak bisa tahu?" tanya Soso sambil mengingat-ingat apakah ia pernah bercerita soal puisi itu pada Pak Yedid.
"Ada deh..." jawab Pak Yedid. "Traktir dulu, baru kuberitahu darimana aku tahu kalau itu puisimu..." kata Pak Yedid lagi.
 "Lah traktir pake apa Pak, honornya aja belum ada. Kalaupun ada nggak tau berapa dan belum diterima juga..." kata Soso.
 "Ya sudah, janji ya traktir es serbat kalau honormu dah diterima!"
Soso mengangguk, "Iya, saya janji. Tapi ceritakan dulu kenapa Bapak bisa tahu..." kata Soso.