Soso diam.
"Atau gini deh..." kata si Lado lagi. "Aku tahu kau pinter, cepet menangkap gagasan orang. Nih ada buku, kau baca, terus nanti kau sampaikan apa isi buku ini pada teman-temanku!" ia menyodorkan sebuah buku. Kapital. Dengan huruf Rusia.
"Aku sudah pernah baca dikit, pusing..." kata Soso.
"Kau baca sekali lagi lah, aku yakin kamu pasti ngerti nanti... memang agak susah, terjemahan Rusianya payah. Cuma susah juga kalau cari aslinya, kita juga nggak bisa bahasa Jerman..." kata Lado lagi.
"Terus?" tanya Soso.
"Kabari aku kalau kau sudah selesai membaca dan memahami isinya. Nanti kita buka diskusi. Anggap saja bedah buku..."
"Ada honornya nggak?" tanya Soso sambil nyengir.
"Ah, kapitalis juga otakmu rupanya..." kata Lado.
Soso tertawa.
"Ya sudah, nantilah kucarikan honor buatmu. Tapi janji ya, kalau sudah selesai dan faham, kabari aku!" kata Lado lagi. "Satu lagi, puisimu, ditunggu. Itu pasti ada honornya, kumintakan langsung dari si Nunu kalau sampai nggak ada honornya!"
"Iya-iya.. tapi santai ya, nggak buru-buru. Kau tau, sudah mau Natal. Kegiatan di seminari padat banget..." kata Soso.