Setelah hampir sepekan. Ibunya Faras sudah boleh dibawa pulang. Semua biaya rumah sakit telah lunas.
“Kata Bu Mina, biaya rumah sakit Faras yang bayar, benar Faras?” Tanya ibu.
Faras diam sejenak. Kemudian menatap Ibunya.
“Iya Faras. Dari mana kau dapat uang sebanyak itu?” Kali ini Bu Mina yang bertanya.
“Kamu harus jujur, Nak!”
Faras masih diam. Lalu bangkit ke kamarnya. Ia kembali menenteng tas yang dulu ia pakai saat menjenguk Wati. Pelan ia mengambil kaleng yang sudah berkarat itu. Kemudian ia letakkan di meja, di samping tempat tidur Ibunya.
Bu Nurjanah dan Bu Mina kaget, melihat isi kaleng itu.
“Saat menjenguk Wati. Faras mengejar burung Kecial Kuning. Lalu Kaki Faras tersandung kaleng ini! Faras juga memberikan satu koin kepada Ibunya Wati” Ujar Faras jujur.
“Subhanalloh!” pekik Bu Nurjanah dan Bu Mina bersamaan.
“Beberapa koin Faras berikan kepada kasir di Rumah Sakit untuk biaya Ibu, dan mereka menerima dua koin itu. Ini kembaliannya.
“Sebaiknya Faras mengembalikan kaleng itu ke tempat semula. Itu bukan hak kita Nak!” Ujar Bu Nurjanah lembut.