“Hush! Tenang, kita kan datang ke sini agar Wati cepat sembuh. Jangan ribut dong!” sergah Bu Asri.
Faras diam saja. Rupanya ada sesuatu yang di telah diselipkan di bingkisannya. Sesaat wajah wati Nampak segar. seperti bunga yang baru mekar karena tersiram air. Terakhir Bu Asri menyerahkan sebuah amplop kepada Ibu Wati. Menyebabkan Ibu Wati berkaca-kaca, menangis pelan. Langsung memeluk Bu Asri. Suasana mendadak hening. Anak-anak dan Pak Aji diam sejenak.
“Alhamdulillah, anak-anak yang mengumpulkan ini semua! Mungkin tidak seberapa bu” ucap Bu Asri.
Berkali-kali, Ibu Wati mengucap terima kasih.
Matahari sudah agak tinggi. Hampir tiba waktu dzuhur. Anak-anak perempuan masih asyik mengajak Wati bermain dan bercerita. Sementara Faras dan teman-teman bermain di kolong rumah Wati, dengan Burung Kecial yang mereka tangkap tadi. Suara Ombak dan pengeras suara yang memutar pengajian Al-Qur’an menambah indahnya suasana Pulau Kaung menjelang siang.
Setelah sholat dan makan perbekalan masing-masing. Bu Asri mengajak anak muridnya pulang ke Sumbawa. Pak Aji sudah siap dengan perahunya. Wati dan Ibunya ikut mengantar di tepi pantai.
“Assalamu’alaikum, Cepat sembuh Wati, Ya!” Ramai suara anak-anak. Wati dan Ibunya melambaikan tangan.
***
Pulang dari Pulau Kaung. Faras dan teman-teman nampak gembira, meskipun lelah. Mereka senang bisa menjenguk Wati, sekaligus tamasya ke Pulau Kaung. Semua murid kelas tiga kembali ke rumahnya masing-masing.
“Ibumu bagaimana kabarnya Faras?” Bu Asri menghentikan langkah.
“Ibu, masih belum sembuh Bu Guru! Mohon do’anya agar Ibu saya cepat sembuh!” ucap Faras datar.