Mohon tunggu...
Alif Febry
Alif Febry Mohon Tunggu... -

siapa saya ? ah hanya laki-laki biasa namun akan jadi luar biasa kelak saat menjadi seorang 'Ayah'

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sebuah Bendera untuk Negeriku, Indonesia

24 Januari 2016   09:14 Diperbarui: 24 Januari 2016   12:22 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"saya tidak sekolah pak. tapi saya juga ingin memikirkan indonesia. saya cinta sekali Negeri ini pak. bagi saya indonesia itu adalah seorang Ibu. ingin sekali saya memberikannya sesuatu. tapi apa yang dapat saya berikan. saya hanya tukang penyemir sepatu" gumamnya sambil terus asik menyemir sepatu yang dipegangnya.

Pria itu hanya tersenyum. Menatapnya penuh tanda tanya. Ia hanya terdiam tak berani menanggapi pernyataan anak berusia 13 tahun itu.

[menurunkan kaki pria kemudian memasukkan alat semirnya ke dalam kotak] "sudah selesai pak" suaranya mengagetkan lamunan pria itu.

Pria itu berdiri dihadapan anak itu sambil tangannya di arahkan ke belakang mengambil dompet dan mengeluarkan selembar uang berwarna hijau.

[berdiri lalu mengambil uang yang di ulurkan pria itu] "gak ada kembaliannya pak"

"sudah itu ambil saja kembaliannya" sahutnya sambil meninggalkan anak itu.

**

Senja hampir melihatkan gejolak warnanya yang jingga. Anak itu duduk di sebuah gundukan pembatas jalan. Ia bersandar pada tiang yang mempunyai bola lampu di atasnya. Kakinya di luruskan sambil kedua tangannya memijat paha yang sedari tadi di ajaknya mengelilingi kota. Terlihat wajahnya kusut terkena kerasnya kehidupan kota Metropolitan.

Setelah merasa istirahatnya sudah cukup. Ia langkahkan kembali kaki-kakinya meninggalkan tempat yang telah memberikannya seuap nasi.

Sampailah kembali ia pada tanah yang masih becek. Ia berpapasan dengan orang-orang yang mulai meninggalkan pasar itu. Kembali anak itu singgah di toko yang semalam telah ditidurinya. Terlihat bapak pemilik toko masih membereskan dan memasukkan barang-barang dagangannya.

"permisi pak. bolehkah saya tidur disini lagi nanti malam ?" ia berdiri tepat di samping pintu toko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun