Mohon tunggu...
Lana Ancala
Lana Ancala Mohon Tunggu... Freelancer - Berjalan | Bercerita | Berbagi

Seorang pembual yang gemar menyulap derita menjadi cerita. Tadinya sih mau jadi playboy, tapi ternyata masih kurang ganteng dan tajir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senyuman yang Kembali

29 Februari 2020   15:33 Diperbarui: 29 Februari 2020   15:38 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ibu meraih gagang sapu lalu bertemu si Manis

"Pergi jangan muntah di sini, kucing jorok!"

Si Manis memandang wajah ibu, lidahnya terjulur.

"Hei kau tidak mendengarkanku? Ayo pergi sebelum ku ...."

Ibu belum lagi menuntaskan tantangannya, sepasang sayap telah tertarik ke sepetak tanah tak jauh dari kaki si Manis, juga parit kecil yang mepet di sebelahnya. Disana, ibu melihat genangan cairan berwarna kuning, butiran-butiran nasi, potongan-potongan telur dadar, daun-daun sawi, gumpalan jumlahnya banyak....... banyak sekali, tampak benda-benda itu belum lama ada di sana.

Ibu ternganga, terbeliak, saat menolehkan kepala baru disadarinya si Manis telah raib, entah kapan saja kucing itu beranjak dari situ, ibu menoleh lagi pada genangan kotoran dan parit yang tersumbat, seketika teringat ia akan menu sarapan yang di siapkan kemarin pagi.

****

Wajah itu datang lagi menatap Diandra yang masih terpejam, masih memeluk foto Riski, jugas guntingan formulir dari majalah. Hanya kali ini gadis itu benar-benar pulas, saking pulasnya hingga gelombang dadanya pun tiada, aliran darah segar yang juga merona, juga tiada.

wajah itu tak lagi tampak letih, putus asa dan memohon balas. Ia tersenyum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun