Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memutus Mata Rantai Kekerasan Sejak Awal

3 Oktober 2024   21:15 Diperbarui: 3 Oktober 2024   21:40 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketiga, Penguatan Pendidikan Karakter. Melalui pendidikan karakter yang sistematis dan terintegrasi dalam kurikulum, nilai-nilai seperti empati, saling menghormati, dan kerja sama dapat lebih ditanamkan. 

Penguatan Pendidikan Karakter sangat penting dalam membentuk perilaku positif dan mencegah kekerasan di sekolah. Melalui pendidikan karakter yang sistematis dan terintegrasi dalam kurikulum, sekolah dapat menanamkan nilai-nilai inti seperti empati, saling menghormati, kejujuran, dan kerja sama di setiap kegiatan pembelajaran.

Proses ini tidak hanya berupa teori, tetapi juga harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah melalui praktik nyata, seperti kegiatan kelompok, dialog terbuka, dan program pelayanan masyarakat. 

Dengan menekankan pentingnya menghargai perbedaan dan membangun hubungan sosial yang sehat, siswa akan belajar untuk mengelola konflik dengan lebih bijaksana dan tanpa kekerasan. 

Pendidikan karakter yang kuat akan menghasilkan individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berintegritas, berempati, dan siap berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang harmonis dan inklusif.

(antaranews.com)
(antaranews.com)

Keempat, Ekstrakurikuler Wajib dengan Pendekatan Inklusif. Partisipasi dalam ekstrakurikuler yang bersifat kolaboratif dapat mengurangi kemungkinan konflik dan kekerasan di antara siswa. Namun, pendekatannya harus inklusif, bukan sekadar kewajiban, melainkan kesempatan bagi siswa untuk berkembang dan bersosialisasi dalam suasana yang mendukung.

Ekstrakurikuler Wajib dengan Pendekatan Inklusif dapat menjadi strategi efektif dalam mengurangi konflik dan kekerasan di sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat kolaboratif, seperti olahraga, seni, atau kegiatan sosial, memungkinkan siswa berinteraksi, bekerja sama, dan saling mengenal dalam konteks yang lebih santai dan non-akademis. 

Namun, penting agar pendekatan ini dilakukan secara inklusif, bukan hanya sebagai kewajiban yang dipaksakan. Setiap siswa harus merasa dilibatkan, dihargai, dan diberikan ruang untuk memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.

Pendekatan ini bertujuan menciptakan suasana yang mendukung pertumbuhan pribadi dan sosial, di mana siswa dapat belajar mengelola perbedaan, membangun hubungan yang sehat, dan memperkuat empati. 

Dengan demikian, ekstrakurikuler tidak hanya menjadi media hiburan, tetapi juga alat yang ampuh untuk mencegah kekerasan melalui interaksi positif dan pengembangan keterampilan sosial yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun