Mohon tunggu...
Alfiana rafsanjani
Alfiana rafsanjani Mohon Tunggu... Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

man jadda wa jadda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Who Is He? Part 3

17 November 2019   14:14 Diperbarui: 17 November 2019   14:24 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Jasmine-ssi "

Ia menoleh.

Mendapati Daniel yang sudah berdiri di belakangnya. Masih dengan rekan kerja yang sama, namun kali ini lebih banyak lagi.

" Kau sudah melakukan live? "

" Ne~, kami mewawancarai detektif dari Gangnam, karena Anda tak ada di tempat tadi "

" Ya~ aku baru saja bangun ah, aku memang tak pantas menjadi seorang detektif "

" Jangan berkata begitu. Anda sudah sarapan? Kami akan sarapan di kedai terdekat "

" Ikutlah bersama kami, seonsaengnim ", ajak kamerawan yang lebih sering diajak Daniel. Ia tersenyum, namun wajah juga matanya terlihat lesu.

" Baiklah. Ayo "

Mereka pergi ke kedai kecil lima ratus meter dari tempat kejadian. Memesan tempat khusus agar bisa berbincang tentang apapun dengan leluasa, karena kedai yang sangat ramai hari ini. Dipenuhi orang-orang yang ingin melihat ke tempat kejadian.

" Anda pasti sangat tertekan karena kasus-kasus itu, seonsaengnim ", kata wanita rekan Daniel.

Jasmine tersenyum.

" Tak apa, sudah menjadi kebiasaan sekarang "

" Bertahanlah, seonsaengnim. Hwaiting! ", kata yang lainnya.

Jasmine terkekeh.

Mengangkat gelas sojunya untuk bersulang di depan daging sapi Korea yang tengah dipanggang.

Ahh.

Semuanya bersorak.

" Ah~ bukankah baru kemarin lusa kita mendatangi tempat itu, Daniel? Sudah ada pembunuhan lagi "

Daniel mengangguk.

" Ya seonsaengnim, untung saja kita tak sedang disana saat waktu kejadian "

" Uh! Kau ini, seram memikirkannya! ", rutuk rekan wanita tadi.

Jasmine menoleh pada kamerawan itu.

" Nama mu siapa? "

" J-joyo? "

Jasmine mengangguk.

" Park Woojin-imnida "

" Ah~ Woojin "

" Kau tak makan? "

Ia menggeleng.

" Saya tak bernafsu sedikitpun, seonesaengnim "

Jasmine mengangguk mengerti. Lalu kembali menatap Daniel senyumnya hilang. Matanya melihat sesuatu yang mengganjal disana.

Oh Tuhan. Apa ini? Itu dan, tempat yang

" Jasmine-ssi? "

" O y-ya? "

" Waeyo? "

Hm!

Jasmine berdeham keras.

" M-maafkan aku, a-aku sedikit khilaf melihatmu aku~ "

" Detektif menyukai Daniel?! "

" Diam! ", bungkam wanita lain yang langsung meminta maaf atas nama temannya.

Jasmine meringis.

Baik. Menjadi mantan aktor kecil memang ada gunanya saat ini. Ia merubah kegugupan anehnya, menjadi kegugupan seperti ini.

" Dagingnya sudah matang ", kata Daniel pada Jasmine.

Jihoon mendongak dan membenamkan bibirnya menggemaskan. Lalu mengangguk pelan seolah tak terjadi apa-apa.

" Ya t-terima kasih~ "

Jasmine mendengar Daniel terkekeh. Membuatnya sebisa mungkin harus bisa menumbuhkan semburat merah muda di kedua pipi bulatnya.

Setidaknya. Kali ini ia harus bisa lolos.

Ia takut.

Sangat takut.

---

Jasmine tetap berada di depan komputer miliknya seperti biasa.

Bedanya kali ini ia ditemani banyak petinggi Kepolisian Nasional.

Melihat sebuah kamera di sana.

" Kemana dia? "

" Entahlah "

Jasmine menggigiti kuku jarinya.

Orang itu terus berjalan menyusuri jalan setapak di daerah Paju.

" Inikah jalannya? "

" Ya~ petunjuk dari seonsaengnim mengatakan itu disini "

Semuanya diam.

Jasimne menghentikan aktivitasnya.

" Bukankah itu kau "

" Diam ", perintah Jasmine.

" Lalu untuk apa kita kesini? "

" Sebentar. Itu bukan disini, lebih kesana "

Orang itu terlihat berjalan kembali. Diikuti oleh seorang wanita muda disana.

Mata Jasmine terbelalak. Dengan cepat ia menoleh pada Woojin yang sudah duduk tepat disampingnya.

" Ia terobsesi dengan Anda, Jasmine-ssi ", katanya dengan nada takut.

" Ia selalu berkata ingin membuat suatu kenangan, di setiap tempat yang pernah dia dan Anda datangi ", lanjut Woojin.

Jasmine menyenderkan tubuhnya lemas. Matanya melihat tempat tak asing dari kamera pengintai, yang sengaja dipasangkan di kemeja putih lewat bantuan Woojin.

Ya.

Di kemeja putih yang kata Woojin selalu Daniel kenakan saat membunuh orang.

Jasmine mencurigai Daniel saat sarapan di kedai kemarin. Melihat ada bercak darah di bagian leher kiri, juga sedikit pada coat berwarna cream yang ia kenakan.

Dan benar saja.

Tempat dimana Jasmine pernah memberi tahu Daniel tentang suatu kejadian pembunuhan beberapa minggu yang lalu.bHari ini kembali ia datangi.

Namun dipastikan kali ini Daniel tak bisa melakukannya lagi. Seluruh aparat kepolisian yang telah bersembuyi disana sebelumnya langsung meringkusnya.

Tentu saja lewat informasi dari Woojin.

Wajahnya yang lesu juga mata dengan tatapan kosong, bukan karena ia lelah bekerja. Namun karena ia tak sanggup lagi merahasiakan kedok sahabatnya sejak kecil.

Semua yang ada di ruangan bernafas lega. Merasa telah menemukan titik terang disana.

" Woojin-gun, Anda akan kami lindungi sepenuhnya "

Woojin mengangguk.

Saat semuanya akan keluar dari ruangan Jasmine. Sebelum sirine polisi terdengar semakin jelas dari kejauhan

" Seonsaengnim. Maafkan saya telah melakukan semua ini dan membuat Anda pusing, hanya saja- jika tak begini, saya tak mempunyai kesempatan melihat Anda lagi "

Jasmine tercekat.

" Saya mengakhirinya karena tau sahabat saya mengkhianati saya tadi pagi. Tenang saja, saya tak akan menyakiti siapapun lagi disini ".

Ada kekehan terdengar dari seberang sana. Kekehan kecil yang terdengar menyeramkan di telinga gadis cantik itu.

" Dan tunggu saya sampai keluar. Saya akan bersikap lebih serius, dan mencoba mencintai Anda dengan benar, seonsaengnim "

-Who's...?-

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun