Mohon tunggu...
Alfira Fembriant
Alfira Fembriant Mohon Tunggu... Lainnya - Instagram : @Alfira_2808

Music Director and Radio Announcer STAR 105.5 FM Pandaan Pasuruan East Java (from 2012 until now) 📻

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kisah Perjuangan Ibunda Tetap Semangat dari Diabetes

14 November 2020   01:43 Diperbarui: 17 November 2020   09:11 1189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu menderita Diabetes sejak usianya 43 tahun dan sekarang ibu sudah berusia 53 tahun. Sudah sekitar 10 tahun beliau menderita penyakit ini.

Bagi beliau, penyakit ini adalah kiamat kecil, hal itu dikarenakan Diabetes ini adalah penyakit kronis. Dikatakan kronis karena berulang. Diabetes juga tidak bisa disembuhkan, melainkan hanya bisa dikontrol secara rutin setiap harinya dengan obat-obatan dan gaya hidup sehat.

Awal mula beliau mengetahui positif Diabetes, beliau menangis dan hampir pingsan. Namun setiap akibat, pasti ada sebab. 

Nah, beliau dulu memang suka konsumsi makanan manis. Hampir setiap hari membuat berbagai macam kolak dengan takaran gula yang banyak.

Jika makan kolak yang manis tersebut satu sampai dua hari saja, mungkin tidak akan ada efek berarti. Sedangkan beliau dulu konsumsi kolak yang manis hampir setiap hari dalam jumlah banyak. 

Alhasil ketika ada keluhan tertentu dan periksa ke dokter ternyata positif Diabetes. Sejak saat itu lah perjalanan kehidupan baru Ibu di mulai.

Di luar faktor keturunan, seseorang lainnya paling rawan menderita diabetes ketika usianya menginjak 40 tahun lebih. Maka sebenarnya penting menjaga kesehatan dengan betul pada usia-usia ini.

Diabetes itu tidak langsung terdeteksi positif dalam kurun waktu tertentu. Namun penyakit tersebut terdeteksi perlahan dan melalui beberapa fase terlebih dahulu.

Ketika terlanjur konsumsi banyak gula, awalnya tubuh kita akan memberi sinyal yaitu timbunan lemak yang mulai terlihat gemukan atau BB (berat badan) naik drastis. 

Ada suatu fase di mana tubuh kita akan pada puncak kegemukannya pada usia tertentu. Saat itulah sebenarnya anda sudah berpeluang diabetes.

Awalnya Anda akan sangat gemuk dari sebelumnya, kemudian pelan tapi pasti tiba-tiba BB Anda turun dengan drastis juga. Dari yang sangat gemuk kemudian berubah menjadi sangat kurus.

Setelah Anda berada pada fase kurus inilah biasanya keluhan-keluhan mulai terjadi. Seperti sering kali ingin buang air kecil yang tidak tertahankan, hingga durasi buang air kecilnya yang sangat cepat.

Konon ketika Anda buang air kecil, kemudian air dari dalam tubuh kita tersebut segera diincar semut yang datang, fix Anda berpeluang diabetes. Hal itu karena semua cairan dari dalam tubuh orang yang menderita diabetes mengandung gula, sehingga semua berubah menjadi manis. Maka dari hal itu biasanya orang awam juga menyebut Diabetes ini dengan sebutan penyakit Kencing Manis.

Secara umum di luar tipe 1 & 2, penyakit diabetes dikenal dengan dua jenis yaitu basah dan kering.

Jikalau diabetes basah, penderita tersebut rawan bagian ujung tubuh seperti kaki dan tangan terluka. Bahkan jika kadar gula tidak segera stabil karena sulit dikendalikan meski dengan obat-obatan, ujung tubuhnya tersebut yang luka bisa membusuk hingga terkadang terjadi amputasi.

Jikalau diabetes kering, penderita tersebut tetap rawan jika luka. Namun meski kadar gula tinggi, tetap bisa terkontrol dengan obat-obatan. Yang penting tidak luka serius di bagian ujung kaki dan tangannya.

Angka kematian tercepat antara jenis basah dan kering tersebut sebenarnya lebih cepat basah. Karena langsung menyerang dengan ganas area tertentu yang menyebabkan amputasi, dan menyebabkan penderita kehilangan semangat untuk hidup.

Sedangkan jenis diabetes kering biasanya bisa bertahan lebih lama dari basah, namun diselingi dengan komplikasi penyakit lainnya yang menyertai.

Salah satu contoh Ibu penulis. Beliau termasuk diabetes kering, namun selama 10 tahun ini saja sudah sering terjadi komplikasi berarti. Seperti TBC, LBP, beberapa infeksi pencernaan, infeksi kulit,  gangguan fungsi ginjal dan jantung, menyerang mata menjadi rabun sebelum waktunya, menyerang gigi atau rambut menjadi rontok semua, dan lain-lain.

Ketika sudah terjadi komplikasi tersebut, sebagai seorang anak atau beberapa orang terdekatnya harus siap siaga menjamin agar orangtua bisa terselamatkan. Meski tidak bisa sembuh, setidaknya kondisinya bisa stabil kembali.

Setiap hari ibu harus minum obat pengontrol gula darah dalam tubuh. Sudah berbagai macam obat diabetes dari resep 1, resep 2, resep 3, sudah pernah beliau konsumsi dari berbagai macam dokter di rumah sakit.

Ketika kondisi stabil, normalnya penulis akan antar beliu ke rumah sakit setiap satu bulan sekali. Namun ketika kondisi sedang tidak stabil dengan beberapa keluhan yang mengarah ke komplikasi, biasanya harus bolak-balik ke RS setiap satu minggu sekali.

Hasil lab RS diabetes Ibu (document pribadi: @Alfira_2808)
Hasil lab RS diabetes Ibu (document pribadi: @Alfira_2808)

Tidak boleh dalam satu hari saja terlewat minum obat, sehingga harus patuh dalam konsumsi resep obat yang diberikan dokter.

Tapi sebenarnya yang paling utama adalah menjaga pola makan. Seseorang penderita diabetes tidak diperbolehkan makan manis-manis lagi. Namun sebenarnya masih ada beberapa organ yang membutuhkan makanan manis masuk dalam tubuh, sehingga untuk makanan manis yang ingin dikonsumsi penderita haruslah sangat minim dan sangat dibatasi dengan disiplin.

Ketika pola makan sudah dijaga, olahraga sudah setiap hari, istirahat juga cukup, sudah konsumsi obat-obatan diabetes juga, namun saat periksa ke dokter ternyata kadar gula masih tinggi bahkan sangat tinggi. Nah, kok bisa seperti ini?

Rupanya hal seperti itu bisa saja terjadi. Karena naiknya kadar gula seseorang tidak selalu dipengaruhi beberapa hal yang sudah disebutkan di atas. Melainkan faktor pikiran juga berpengaruh dalam stabilnya kadar gula penderita diabetes. 

Jadi penting juga untuk membuat beliau atau mereka para penderita agar hatinya selalu senang dan bahagia, karena faktor stres pun bisa meningkatkan kadar gula dalam darah.

Lantas jika sudah melakukan hal-hal di atas termasuk penderita sama sekali tidak stres juga, namun kadar gula tetap sangat tinggi, bagaimana?

Nah, kalau kondisinya seperti ini biasanya dokter bukan hanya memberikan resep obat-obatan saja, melainkan juga akan memberikan insulin. 

Insulin untuk Ibu (document pribadi: @Alfira_2808)
Insulin untuk Ibu (document pribadi: @Alfira_2808)

Insulin ini dalam bentuk cairan yang disuntikkan pada penderita diabetes. Kadang ada yang sehari hanya 1x, ada yang 2x, dan ada yang 3x. Tergantung dari kondisi dan menyesuaikan berapa unit yang disuntikkan dalam tubuh penderita.

Nah, perlu diketahui juga bahwa insulin ini yang menyuntikkan pada tubuh penderita bukan dokter lagi di rumah sakit, melainkan anda orang terdekatnya lah yang bertugas menjadi dokter spesialis dalam hal suntik insulin ini.

Jikalau penderita berani menyuntikkannya sendiri pada tubuhnya juga tidak masalah, hanya beberapa penderita terkadang merasa geli atau takut ketika harus menyuntikkan insulin pada tubuhnya sendiri. Sehingga dibutuhkan orang lain atau anda orang terdekatnya bisa membantu penderita dalam hal insulin tersebut.

Awal mula ketika insulin sudah masuk dalam resep, kita akan diajari oleh dokter mengenai cara dan bagaimana penggunaan atau pemakaiannya yang benar. Yang direkomendasikan lokasi tubuh untuk suntik insulin biasanya adalah lengan tangan, paha, dan perut. Namun biasanya jika ibu penulis lebih memilih disuntuk insulin lewat lengan tangan saja secara bergantian setiap harinya.

Bergantian dalam hal ini antara lengan tangan kanan dan kiri. Karena jika setiap hari disuntik insulin pada titik lokasi yang sama, akan berimbas buruk pada lokasi titik tersebut.

Selanjutnya mengenai jarum suntik. Insulin dipakai setiap hari untuk penderita diabetes yang kadar gulanya susah untuk dikendalikan, namun untuk jarum suntiknya harus diganti maximal 2x pemakaian. 

Kalau anda memakai BPJS misalnya ke suatu rumah sakit yang dituju, biasanya akan mendapat insulin untuk jangka waktu 1 bulan. Namun untuk jarum suntiknya harus beli sendiri ke apotik terdekat.

Penulis sendiri meski tidak  ambil jurusan di dunia keperawatan, namun setiap hari juga bertugas untuk menyuntikkan insulin pada Ibunda. 

Awalnya dulu penulis takut, namun lama-kelamaan karena kebutuhan dan kebaikan sehingga bisa berjalan dengan lancar dan sudah lihai dalam persuntikkan insulin. 

Ibu sendiri pun juga demikian, awalnya sangat takut dengan jarum suntik, lama-kelamaan sudah terbiasa dan bisa berjalan dengan baik.

*

Dari kisah panjang pengalaman pribadi penulis merawat Ibunda penderita diabetes ini, hikmah apa yang bisa kita ambil?

Intinya tidak ada yang mau orang terdekatnya atau orang tersayang, bahkan diri sendiri menderita diabetes bukan?

Makanya mulai dari sekarang harapannya tidak mengkonsumsi gula berlebihan setiap harinya apa lagi dalam durasi atau jangka waktu yang lama. Apalagi anda atau orang terdekat usianya sudah menginjak di atas 40 tahun, usia-usia tersebut sudah sangat rawan terkena diabetes.

Apalagi yang namanya berobat untuk kesehatan itu tidaklah murah, melainkan sangatlah mahal. Dalam sekali kontrol per bulan saja ke rumah sakit biasanya ibu bisa menghabiskan sekitar Rp 1.000.000 jika tanpa BPJS kesehatan. Apalagi kalau terjadi komplikasi bahkan sampai rawat inap, tidak bisa dibayangkan kan habisnya sudah berapa?

Namun untuk orang tua sendiri tidak boleh hitung-hitungan. Karena orang tua baik Ibu atau Ayah, akan tetap menjadi orang tua terbaik kita dari dulu, sekarang, hingga seterusnya.

Ada mantan pasangan, tapi tidak ada mantan orang tua. Nikmati saja prosesnya dan anggaplah momen-momen merawat orang tua yang sakit itu sebagai suatu waktu yang Romantic.

Kebersamaan dengan orang terkasih seperti orang tua adalah limited edition. Beruntungnya kita masih bisa merawat di masa tuanya. Beruntung juga kita masih bisa berbakti pada orang tua kita di saat itu.

Karena ada beberapa orang yang malah tidak mendapatkan kesempatan yang sama. Seperti saat orang tua membutuhkannya, bisa jadi sang anak sedang bekerja di perantauan, atau saat itu kita masih anak-anak jadi tidak bisa bertindak apa-apa, bahkan tidak ada kesempatan karena orang tua sudah dipanggil Tuhan sejak kita lahir atau masih kecil. Jadi kemungkinan untuk berbakti pada orang tua di masa sekarang tidak ada karena beberapa hal terjadi karena suatu takdir kehidupan.

Penulis sendiri juga menikmati momen-momen ini sebagai suatu waktu yang romantis dan limited edition. Apalagi melihat semangat hidup dari Ibunda yang ingin sekali melihat penulis bisa menikah, bisa punya anak, hingga bisa melihat masa tua penulis di masa depan.

Dan berhbung 14 November 2020 bertepatan dengan peringatan Hari Diabetes Sedunia. Sehingga penulis ingin berbagi mengenai pengalaman seseorang terdekat penderita diabetes seperti yang sudah dijabarkan di atas.

Walau hari ini bukan momen hari Ibu, namun rasanya menjadi terharu ketika menulis tentang sosok ibunda. Rasanya juga berat ketika harus mengucapkan kata "Selamat" tentang peringatan hari ini. Karena dibalik peringatan hari ini, ada rasa "Nelangsa" bagi para penderitanya.

Semoga setiap kompasianer bisa mengambil hikmah tersendiri dibalik kisah di atas.

Namun yang pasti, jika anda tidak ingin kisah yang sama (penderita diabetes) terjadi pada diri anda atau orang terkasih:

Ayo Hidup Sehat mulai dari sekarang. Lebih baik Mencegah daripada Mengobati.

Terakhir, penulis juga Mohon Doa pada para kompasianer untuk kesembuhan dan stabilnya kondisi kesehatan Ibunda dari diabetes tersebut. Agar cita-cita beliau terlaksana bisa melihat masa tua anaknya sampai nanti. Amin.

Salam, @Alfira_2808

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun