Mohon tunggu...
Alfin Ardianto
Alfin Ardianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bilik Kamar Mandi

12 Juni 2024   21:53 Diperbarui: 12 Juni 2024   22:00 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar pexels.com

                                                       Bilik kamar mandi

        Suatu hari di sebuah SMA akan diadakan kegiatan PERJUSAMI atau perkemahan jum'at, sabtu dan minggu. kegiatan perjusami identik dengan kegiatan kepramukaan yang memang biasa diadakan ketika sebelum atau pertengahan semester. Selayaknya sebuah kegiatan sekolah pastilah akan banyak yang terlibat disana, ada panitia, peserta dan juga pembina.

     Satu minggu sebelum dilaksanakannya kegiatan perjusamai, pihak sekolah mengumpulkan murid kelas 10 dan 11 di ruang aula sekolah, sedangkan kelas 12 yang nanti akan ikut bagian menjadi panitia.

      Pembina dari pihak sekolah mensosialisakan bahwa kegiatan perjusami kali ini dilaksanakan di dalam sekolah saja, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang dilaksanakan diluar sekolah, hal ini membuat beberapa murid yang ada disana merasa kecewa termasuk Firhan dan Sonya. Mereka berdua adalah murid kelas 11 di SMA itu, namun berbeda dengan Angga dia merasa perjusami itu sama saja, dilaksanakan dimanapun tetap membosankan, wajar saja karena Angga adalah sosok murid yang lebih tertarik pada vidio game.

     "yahhh, jadi gak seru dong perjusama kita kali ini" ucap sonya dengan nada kesal

     "iya, kita jadi gak bisa ngerasain hiking secara langsung di gunung"

     " kalo mau hiking kegunung mending kamu langsung saja kesana, jangan ikut perjusami" Angga penyela pembicaraan antara sonya dan firhan.

     "apaan si, lagian kayak kamu ngerti aja soal hiking, kamu aja mainnya game doang" sonya menjawab omongan Angga sembari menjulurkan lidah di akhir kalimatnya.

      Tiga puluh menit kemudian, saat sesi sosialisasi telah selesai dilaksanakan para murid-murid diminta untuk mempersiapakan segala perlengkapan dan untuk menaati peraturan yang sudah dibuat.  Selaknya sebuah peraturan semua terdengar biasa saja, tidak ada peraturan yang terdengar aneh. Kelompok-kelompok untuk kegiatan perjusami pun juga telah dibuat dan ternyata Firhan, Sonya dan Angga berada dalam satu kelompok yang sama.

     Pembagian kelompok untuk perjusami itu masing-masing sepuluh anggota, lalu Firhan, Sonya dan Angga pergi ke kantin bersama satu anggota lainnya untuk makan siomay Bandung yang jadi jajanan favorit di sekolah itu, semantara enam anggota tersisa tidak bisa ikut.

    "uuuhhh nih siomay selalu enak ya" ucap Firhan sembari mengunyah siomay bandung yang penuh dimulitnya.

    "iya, kan pak pendi emang asli Bandung jadi rasaya mirip kayak yang di Bandung" jawab Sonya yang juga sambil mengunyah.

     "ah emang kalian aja yang rakus apa aja dibilang enak" seperti biasa Angga selalu berbicara sinis, dia seperti antitesisnya Firhan dan Sonya.

     "gak jelas lu, tuh liat coba anak-anak yang lain juga selalu antri kok buat beli siomaynya pak pendi" sonya merasa tidak setuju dengan pernyataan Angga sembari  menunjuk kearah gerobak pak pendi yang penuh antrian.

     "eh bentar ya aku mau nambah siomay lagi" ucap anggota kelompok mereka di sebelah, yang memang badannya cukup gempal

     "kalian enggak mau nambah ?" lanjut anak itu.

      " eee...enggak sok kamu aja, kita gak ada duit hehehe" jawab Firhan sembari memotong sisa siomay di piringnya.

       Mereka bertiga asik mengobrol tentang apa kira-kira barang kebutuhan pribadi yang akan  dibawa keperjusami nanti, apalagi sonya adalah seorang perempuan yang memang biasanya lebih ribet ketimbang laki-laki dalam mempersiapkan barang pribadinya, namun obrolan mereka berubah ketika rekan mereka yang berbadan gempal itu kembali kemeja mereka, sembari memberi sebuah pertanyaan.

     "eh kalian percaya gak sih, kalo dulu di sekolah kita pernah terjadi pembunuhan seorang wanita ?"

     "hah yang bener?" tanya sonya kaget

     "iya jadi dulu itu ada seorang wanita cantik  yang hidup sendiri dan dia berdagang dikantin sekolah kita ini, tapi suatu ketika dia ingin di usir oleh warga dan pedagang kantin yang lain, karena katanya wanita ini bersekongkol dengan kelompok aliran sesat, untuk melariskan makanannya, dan rumor yang beredar dia juga selingkuhan kepala sekolah kita yang dulu"

     "hah masa sih, itu tahun berapa?" tanya Firhan, sementara Angga mendengarkan sembari menatap sinis tidak percaya.

     "aku tidak tahu pasti tapi memang sudah lama, kematian wanita itu juga gak jelas, ada yang bilang di bunuh persekusi warga dan ada yang bilang dia mati dibunuh dalam kamar mandi perempuan, makanya ada satu bilik dikamar mandi perempuan yang selalu dibilaang rusak tapi gak pernah dibenerin, dan yang terpenting dia tidak dimakamkan secara layak"

     "memang dimana makamnya" tanya angga yang mulai larut pada rasa penasaran

     "kata berita yang beredar, kalian tahu pohon mangga yang besar dibelakang halaman sekolah kita?"

     "iya tahu"

    "disitu ada sebuah makam dimana batu nisannya tidak memiliki nama". Firhan, Sonya dan Angga masih setia mendengarkan cerita rekannya itu.

     "ketika para warga mencari sekolompok atau sekte yang dipercaya sebagai pemberi ilmu penglaris itu, ternyata warga tidak menemukan sama sekali, akhirnya proses pencarian dihentikan, dan kepala sekolah kita yang dulu itu juga tidak bisa memberikan keterangan apa-apa, terus menurut cerita yang ada warga di daerah ini sering mendapat teror dari sesosok wanita berambut panjang yang sering tiba-tiba muncul"

"kriiiing...kriiinggg....kringg..." bel sekolah memecah obrolan mereka.

"ah itu mitos doang ngapain di percaya" seperti biasa Angga selalu skeptis, mereka lalu bubar dan masuk ke kelas masing-masing.

     Hari perjusami telah tiba, semua perserta sudah berada di sekolah dan mereka semua diminta untuk berkumpul dilapangan, semua peserta diminta untuk mengecek kelengkapan anggota disetiap kelompoknya dan ternyata kelompok dari sonya, firhan dan angga kekurangan satu orang, dia adalah anak yang menceritakan cerita horor sewaktu di kanting, menurut keterangan dia sedang sakit sehingga dia tidak bisa datang.

      Melaporlah sonya kepada panitia, lalu dicatatlah nama itu, setelah itu panitia menjelaskan isi roundown dari acaranya, semua peserta menyimak dengan baik dan mereka diminta untuk membangun tenda masing-masing sebagai tempat tidur saat malam.

     Hari pertama perjusami berjalan lancar, pada saat para murid diminta untuk tidur tepat waktu justru sonya, firhan dan angga menyempatkan untuk mengobrol mengenai keberadaan makam yang ada belakang sekolah mereka, dengan sikap tidak percaya angga menantang sonya dan firhan untuk melihat langsung keberaan makam itu.

    "dari pada kita terus-terusan penasaran, mending kita liat langsung aja, gimana berani gak?" ajak angga pada sonya dan Firhan.

     "jangan macem-macem ah" jawab Firhan sembari menabok pundak angga

     "iya ih takut, lagi pula dibelakang sekolah kita itu ada gerbang besi, tinggi pula" sonya mencoba untuk menggagalkan niatan angga.

     "kita bisa liat dari jendela kamar mandi, kan itu langsung menghadap ke halaman belakang" angga kembali membujuk, namun sepertinya usaha dia gagal sonya dan firhan tidak mau mengikuti ajakan angga.

     Pukul tiga pagi, Angga terbangun dari tidurnya karena ingin buang air kecil lalu dia keluar tenda dan meminta ijin kesalah satu panitia.

     "kak, ijin mau ke Toilet"

    "mau ditemenin gak"

     "gak usah kak, gak apa-apa"

    "ya sudah". Angga langsung berjalan menuju toilet sekolah yang letaknya cukup jauh dari tenda, saat dia selesai dengan urusannya dia teringat akan cerita makam itu, dia tenggelam dengan rasa penasaran dan ketidakpercayaannya, dibukalah hordeng jendela yang terletak di ujung lorong antara tembok dan pintu toilet.

     "ah gak ada apa-apa, Cuma ada pohon sama semak-semak doang" ucap angga bergumam, lantas angga berjalan kembali menuju tenda.

      Di ujung pintu keluar toilet tiba-tiba ada yang menanyainya

    "sedang apa kamu tadi?"

    "enggak bu, saya habis buang air kecil"

    "yasudah sebaiknya kamu kembali ke tendamu"

    Angga kembali ketenda dan melanjutkan tidurnya. Hari sudah siang, acara demi acara telah dilaksanakan, hingga jadwal malam api unggun semua merasa gembira pada saat itu, namun angga seperti menjadi sosok yang berbeda ketimbang yang lainnya dia yang paling tidak percaya akan cerita horor itu, tapi kini justru dia yang paling penasaran.

    Pukul dua pagi, semua peserta perjusami dibangunkan secara terburu-buru, mereka sudah menyadari bahwa ini adalah agenda renungan malam atau jurit malam, ajang "penyiksaan" senior pada junior.

    Semua disuruh untuk berbaris sesuai dengan kelompoknya masing-masing, mereka akan diminta berjalan menuju suatu tempat, setiap kelompok akan ditemani satu mentor yang akan memimpin jalan mereka didepan, kelompok angga, sonya dan firhan menjadi kelompok paling terakhir berjalan, dan angga menjadi orang paling terakhir dibarisan itu.

    Tibalah kelompok ini berjalan, mereka menyusuri jalan samping sekolah, saat perjalanan cukup jauh, angga bertanya pada mentor didepan.

   "kak maaf, lampu senter saya tertinggal di tenda"

   " ya ampun gimana sih, yasudah kamu cepat ambil, di gerbang masih ada panitia yang lain"

   "mau ditemenin gak?" ucap Firhan

   "gak usah" jawab angga singkat. Dengan cepat angga berlari kembali menuju sekolah untuk mengambil lampu senternya.

   Saat tiba digerbang sekolah angga melihat tidak ada orang disana, yang dia lihat hanya tenda-tenda peserta yang kosong, di ujung sekolah juga masih gelap dan begitu dingin karena hembusan angin.

    Angga masuk ke tenda mengambil lampu senternya, saat keluar ke tenda angga terkejut sudah ada perempuan kemarin yang dia temui ditoilet, dia membelakangi angga lalu berbicara padanya.

     "nak bisa bantu ibu gak sebentar saja" pinta wanita itu

  "bantu apa bu?"

  "ibu mau ke kamar mandi tapi lampunya mati, ibu bawa gantinya jadi ibu minta kamu gantiin ya, bisa kan?" tanya ibu itu dengan nada yang terdengar lemas.

   "oh iya bu, ibu guru disini ya?"

   "iya, saya guru baru disini, ibu belum ngajar tapi kemarin diminta untuk menemani anak-anak perjusami" tanpa ada rasa apapun angga membantu ibu itu, saat dilihat dari belakang ibu itu berambut panjang sepunggung, memakai pakaian rapih seperti seorang guru perempuan biasanya.

    Masuklah angga dan ibu itu kedalam ruang toilet perempuan yang letaknya memang bersebelahan dengan toilet lelaki. Dalam ruang toilet itu terdapat beberapa bilik dan tiga dudukan lampu yang berada di tengah, dua lampu mati tidak berfungsi dan yang tersisa justru berkedip, membawa kesan seram di dalamnya.

   "kamu naik di kursi itu ya nak" rupanya ibu itu sudah menyiapkan satu bangku yang biasa digunakan didalam kelas.

   "oh iya bu" angga mulai naik ke bangku itu sembari memutar lampu lama yang sudah berkedip itu.

    "kamu nyampe kan nak ?"

     "iya bu" angga bisa memutarnya, karena dia memang memiliki badan yangg tinggi, saat anggap sudah selesai mengambil lampu itu, ruangan itu sekatika gelap.

    "eeee...bu, boleh minta lampu barunya?". Tidak ada jawaban dari ibu itu.

    Suasana hening seketika, angga mulai panik, rasa takut menyebar keseluruh tubuhnya, masih di atas bangku itu, dia kembali  meminta lampu baru pada ibu itu.

    "bu lampu barunya mana ya?". Hingga sampai yang ketiga kalinya angga meminta lampu itu dia tetap tidak mendengar jawaban apapun. Tiba-tiba ada suara pintu yang dibuka dan ditutup berkali-kali, suaru rintikan kecil air dari bak mandi dan bau amis yang mendadak muncul menyeruak.

    "bau apa nih" ucap angga mengeluh, sebagai anak yang bersikap skeptis pada hal seperti itu, angga kembali memasang lampu yang baru ia lepas itu, dilihatnya disekitar, tidak ada siapa-siapa disana, hanya dia didalam kamar mandi perempuan dan lampu yang berkedip serta bau amis yang semakin menyengat.

    "aku harus keluar".

    "naakk mau kemana nak?, ibu mau tanya sebentar". Angga gemetar, jantungnya berpacu begitu cepat, ada suara yang dia dengar namun tak menemukan sumbernya, angga hanya membeku lalu dilihatnya dia dari bilik paling belakang ada sesosok berambut panjang mengintip dari pintu yang dibuka setengah. Wajahnya menggelap penuh darah, rambutnya terurai urakan, kini rasa takut mengusai angga.

    Sosok wanita itu keluar perlahan dari bilik itu sembari merangkak menuju angga, matanya merah, ada pisau yang menancap diperutnya dan perlahan tangan sosok wanita itu meraih kaki angga, merambat kepurut hingga punggung lalu berbisik, dengan suara ringkih.

"toolong saya, saya terjebak disini".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun