Mohon tunggu...
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim Mohon Tunggu... Administrasi - biasa saja

orang biasa saja, biasa saja,,,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Klan Aristokrat Hulu Sungai Kalimantan Selatan

2 November 2024   00:22 Diperbarui: 7 November 2024   15:32 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perpolitikan Hulu Sungai

 

Selama ratusan tahun, Hulu Sungai merupakan wilayah yang pengaruhnya menjadi rebutan, disana lah peran dari bangsawan Hulu Sungai juga kemudian menjadi penting, mereka terkadang terseret dalam arus perpolitikan regional. Meski Kerajaan jatuh mungkin bisa disebut sebagai kerajaan dengan luas wilayah yang kecil, namun mempunyai beberapa kelebihan seperti jumlah penduduk yang banyak, bentang alam yang mendukung, dan sumber daya dan tradisi militer yang lebih agresif dari wilayah sekitarnya, dan pengaruhnya sebagai keturunan langsung Kerajaan Daha yang belum pupus. Melihat pulau kalimantan yang mempunyai wilayah sangat luas tapi dengan penduduk sangat sedikit tentunya akan menjadi catatan sendiri dalam melihat persilangan pengaruh antara pusat-pusat politik dan militer di pulau Kalimantan yang tidak sama dengan pulau lain, misal dengan Pulau Jawa.

 

koleksi pribadi
koleksi pribadi

Dalam sejarah lama seeprti dijelaskan sebelumnya dimana pasukan yang dipimpin pangeran Samudera dan Pasukan Demak tidak mampu mengalahkan Pasukan Pangeran Tumenggung yang bertahan di Alai, sehingga terjadilah perdamaian dan pembagian wilayah dimana Alai tetap dikuasai oleh Pangeran Tumenggung. Gambaran mengenai tradisi militer ini tersurat sekaligus tersurat dalam beberapa informasi tertulis maupun sejarah serta tradisi lokal yang masih hidup. Hingga hari ini wilayah Alai atau pahuluan yang meliputi daerah Hulu sungai Tengah Dan Hulu Sungai Selatan bisa disebut masih menjadi wilayah dengan karakter penduduk yang lebih agresif dari wilayah sekitar, mempunyai tradisi dan budaya yang masih hidup dalam hal mempertahankan diri ataupun menyerang orang atau kelompok lain yang bertikai dengan mereka, mereka cukup familiar dengan berbagai jenis senjata traditional, setia kawan dan berani mengambil resiko apapun dalam mempertahankan prinsip pribadi, kelompok atau wilayahnya, hal ini mengindikasikan sangat dekatnya hal tersebut dengan tradisi militer tradisional, hal tersebut terkonfirmasi misalnya dalam perang Hulu sungai tahun 1860an bergejolak selama dan perang kemerdekaan Indonesia tahun 1945-1949 dan dilanjutkan dengan pemberontakan DI/TII Ibnu Hajar dimana pahuluan menjadi pusat episintrum perlawanan paling utama.

 Semenjak runtuhnya Kerajaan Daha, Hulu Sungai sebenarnya penuh dengan gejolak politik, meski Hulu Sungai telah terbagi dalam dua pembagian kekuasaan antara Kerajaan Banjar yang menguasai Banua Lima dan wilayah Pahuluan yang dikuasai oleh Kerajaan Jatuh. Kemudian pada pertengahan 1600an Salah satu yang terkenal adalah cerita dari seorang sultan dari Banjarmasin yang berlindung ke Alai, yaitu sultan Bagus Kusuma yang bersembunyi selama beberapa tahun di Kerajaan Jatuh di Alai. Tidak ada pasukan dari luar yang berani masuk atau menyerang Kerajaan Jatuh saat itu. Malahan Sultan Bagus Kusuma Bersama pasukan Alai menyerang Martapura dan berhasil mengalahkan pasukan Sultan Agung, sehingga Sultan bagus Kusuma berhasil merebut tahtanya Kembali. Cerita ini sebenarnya belum berhasil penulis dapatkan data otentiknya selain hanya cerita sahaja.

 

Selain kasus sultan Bagus Kusuma, juga ada kasus pemberontakan pada abad ke 18 , seperti Pangeran Purabaya di awal tahun 1700an, setelah itu ada kasus pemberontakan Pangeran Surya dan Pangeran Ahmad yang kemudian menaikkan beberapa pambakal dari Alai yang disebut dengan orang sepuluh, kemudian banyak kasus kerusuhan karena perdagangan lada antara pemimpin di Banua Lima dan sultan yang didukung pasukan VOC di Martapura, salah satu tokoh dari pahuluan yang pernah menjabat sebagai kepala Negara adalah raden Tumenggung Jaya Negara dipertengahan 1745, raden Tumenggung Jaya Negara adalah saudara Abdul Hamid Waliullah, setelah kasus pemberontakan Tumenggung Jaya Negara yang menyerang dan membunuh pedangang China, beliau berhasil ditangkap dengan bantuan VOC, Sebagian keturunan beliau melarikan diri ke Kerajaan Sintang di Kalimantan barat. Kasus pemberontakan pangeran surya dan Ahmad terjadi di tahun 1780an, Selain itu juga ada keluarga besar dari Datu Dipati yang menjadi Pemimpin Orang sepuluh, beliau adalah orang tua dari Tumenggung Dipanata yang kemudian bergelar Raden Adipati danureja. Setelah itu terjadi lagi peperangan dengan Pangeran Amir kakek dari Pangeran Antasari. Dalam banyak pemberontakan tersebut hulu sungai selalu menjadi pemain penting. Dimana Hulu sungai tidak selalu mendukung atau membela Kerajaan Banjar, tapi terkadang juga berdiam diri.

 

Dalam kasus peperangan antara Sultan Banjar dan Pangeran Amir yang melibatkan pasukan Bugis yang mendukung pangeran Amir dan berhasil berlabuh di Tabanio dan mendekati martapura. Tidak terdengar adanya dukungan Hulu Sungai terhadap Sultan. Pasukan Bugis yang diperkirakan berjumlah tiga ribu orang, akan cukup mudah bagi Hulu Sungai untuk memobilisasi ribuan pasukan untuk menjadi lawan seimbang bagi pasukan bugis tersebut, bahkan akan cukup mudah pula untuk mengalahkannya, tapi nyatanya sultan malah hanya mendapat pasukan dari VOC saja, hal ini menggambarkan bahwa hulu sungai tidak selalu mau terlibat dalam perebutan tahta Banjarmasin, informasi berikutnya malah menyebutkan amir ingin bekerjasama dengan seorang Raja alai, meski hal tersebut urung terjadi.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun