Mohon tunggu...
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim Mohon Tunggu... Administrasi - biasa saja

orang biasa saja, biasa saja,,,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Klan Aristokrat Hulu Sungai Kalimantan Selatan

2 November 2024   00:22 Diperbarui: 2 November 2024   00:22 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
koleksi diambil dari Buku Francoin Valentyn

Sekar sungsang merupakan tokoh Kerajaan Daha, dan raja pertama Daha yang sebenarnya diasosiasikan dengan kehadiran islam dalam struktur Kerajaan Daha, sebagai raja yang beragama islam tentu akan menurunkan status agamanya kepada keturunannya. Apalagi pada dasarnya Raden Sekar Sungsang merupakan raja yang bukan "biasa saja" karena berhasil mengambil alih tahta Kerajaan Daha, dan selain itu Raden Sekar Sungsang juga mempunyai jejaring islam yang kuat di Pulau Jawa dimana beliau berasal atau pernah hidup disana selama bertahun-tahun, dari hal tersebut agak kesulitan jika keturunan dari Raden Sekar Sungsang tidak beragama islam.

Pada masa Pangeran Tumenggung yang tercatat menjadi Raja terakhir dari Kerajaan Daha, terjadi drama politik dan militer, Pangeran Tumenggung mendapat tantangan dari Pangeran Samudera yang merupakan keponakannya sendiri, kekuasaan Kerajaan Daha pun menjadi runtuh, Pangeran Tumenggung menetap di wilayah Alai yang kemudian tetap dikuasai olehnya dan keturunannya, sedangkan wilayah lain dikuasai oleh Pangeran Samudera yang kemudian menetapkan Kerajaan baru berdiri di Banjarmasin.

Menjadi sebuah pertanyaan dari mana Pangeran Samudera yang melarikan diri ke muara Sungai Barito bisa mendapatkan kekuatan militer yang hampir sama kuat dengan kekuatan militer Daha di pedalaman, penulis percaya bahwa mobilisasi kekuatan militer di muara Sungai Barito merupakan sebuah perencaan yang cukup matang, dan mendapat dukungan banyak pihak dari berbagai wilayah di Pulau Kalimantan serta dari Kerajaan Demak  di Pulau Jawa.

Seperti kita ketahui, mobilisasi kekuatan militer tidak bisa dilakukan dalam sekejap mata, perlu bertahun-tahun untuk mematangkan perencanan, memerlukan pendanaan atau biaya yang besar serta persiapan untuk logistik, sebuah perang tidak lah murah dan mudah, dan itu tidak seasyik yang kita dengar dalam cerita-cerita di warung kopi, atau dalam beberapa helai halaman buku yang menceritakan sejarah dan kronologis sebuah perang.

Terjadinya perang juga menunjukkan adanya kebuntuan diplomasi yang itu akhirnya menjadi argumentasi politik yang benar-benar kuat dan logis untuk berperang. Dalam hikayat diceritakan bahwa perang melawan Pangeran tumenggung didukung oleh banyak pasukan dari berbagai wilayah taklukan Daha sendiri di Pulau Kalimantan, pasukan dari dari berbagai wilayah yang jauh datang untuk membantu Pangeran Samudera memperlihatkan terjadinya konsolidasi yang panjang sebelum perang terjadi, selain itu adanya dukungan dari Kesultanan Demak yang bahkan menjadi pemimpin peperangan, juga menunjukkan Kesultanan Demak sudah cukup siap untuk berperang dan bahkan bisa saja Kerajaan Demak  berada dibalik perencanaan peperangan tersebut sedari awal.

Proses peperangan pun berlangsung lama, pasukan Pangeran tumenggung terpaksa melarikan diri ke wilayah Alai yang berada jauh di pedalaman, perang yang berlarut-larut menyebabkan tidak ada yang memenangkan pertempuran.

Pangeran Tumenggung memilih wilayah Alai sebagai daerah pelariannya, dan merupakan wilayah yang paling logis dalam melihat menghadapi peperangan, ada beberapa hal yang bisa kita diskusikan, pertama wilayah Alai adalah jantung utama dari Hulu Sungai, tempat yang sempurna untuk membuat pertahanan perang serta ketersedaan logistik perang yang mencukupi. Argumentasi ini memang belum pernah didiskusikan tapi sebenarnya tidaklah terlalu mengejutkan. 

Wilayah Hulu Sungai pada dasarnya adalah daerah rawa dengan lokasi daratan yang sedikit, sehingga peperangan akan dilakukan dengan kondisi geografis berbeda bagi pasukan dari luar Hulu Sungai, karena akan lebih sering dilakukan diatas perairian rawa yang dangkal, penuh hutan rimba dan semak-semak air, disertai dengan cuara yang panas dan lembab, dan jutaan nyamuk akan sangat mengganggu pasukan dari luar yang tidak terbiasa dengan kondisi alamnya.

Lokasi daerah Alai sulit ditembus dengan pertahanan dari Sungai-Sungai kecil yang mereka miliki cukup mampu menahan serangan pasukan yang mendukung Pangeran Samudera. Informasi dari hikayat cukup jelas memperlihatkan bahwa kapal-kapal pasukan pendukung Pangeran Samudera tertahan diSungai-Sungai besar bahkan terserang badai yang mengakibatkan kapal-kapal mereka terbalik.[17] 

 

Hikayat memperlihatkan kesesuaian wilayah tertahannya Pasukan Samudera dengan wilayah di Danau Bangkau, Danau bangkau sering kali dilaporkan kapal-kapal terbalik diakibatkan angin kencang yang datang tiba-tiba, Danau bangkau pula adalah Danau yang sangat luas bagaikan lautan kecil yang dipenuhi dengan semak-semak air yang tinggi dana sulit dilalui, dan dikelilingi oleh hutan-hutan dengan pohon-pohon tinggi namun tidak mempunyai tanah yang mudah untuk dipijak, karena kultur tanahnya yang gambut. Sampai pada beberapa waktu yang lalu masih ada laporan kecelakaan dari kapal-kapal yang terbalik akibat angin kencang.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun